Ekonomi Makro
Era Industri 4.0, Begini Peluang dan Tantangan Perbankan
bursabisnis.id – Perbankan semakin berpeluang untuk lebih berinovasi dalam memberikan layanan kepada nasabah di era digital banking 4.0. Inovasi tersebut dibutuhkan untuk menyikapi persaingan seiring pesatnya pertumbuhan financial technology (fintech).
Di sisi lain, era digital banking 4.0 juga menghadirkan sejumlah tantangan seperti perlindungan data nasabah. Oleh karena itu, perbankan dituntut untuk lebih adaptif terhadap perkembangan era digital banking 4.0.
Revolusi industri 4.0 mempengaruhi beragam pola hidup masyarakat dunia, termasuk industri perbankan. Menggunakan teknologi, semua menjadi serba mudah, praktis dan cepat. Hal itu menuntut perbankan untuk terus berinovasi mengikuti perkembangan supaya tidak tertinggal.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Difi Ahmad Johansyah mengungkapkan, saat ini konsumen menginginkan yang murah, efisien dan gampang. Hal itu sangat dimungkinkan dengan kehadiran digital sekarang.
“Tantangan perbankan kedepan ya bagaimana istilahnya mengembangkan produk-produk yang semakin memanjakan konsumen,” ungkapnya, belum lama ini.
Kemudahan layanan, kata dia, bisa melalui IT maupun service yang tetrus ditingkatkan.
Terkait regulasi, BI terus mendorong perbankan melakukan inovasi supaya terus berkembang. Apalagi bank juga berhadapan dengan industri Fintech yang terus berkembang.
“Kan makin bersaing makin bagus kan itu,” katanya.
Selain industri perbankan, lanjutnya, masyarakat juga dituntut untuk meningkatkan pengetahuan mengenai literasi keuangan. Kemudahan-kemudahan yang ada harus dipelajari karena tidak ada untung besar tanpa resiko besar.
“Kemudahan-kemudahan ini harus dipelajari, makin mudah bisa jadi risiko besar. Jadi nasabah dituntut makin pintar,” ujarnya.
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Heru Cahyono menjelaskan, dengan adanya perkembangan Fintech, industri perbankan dianjurkan untuk melakukan kolaborasi. OJK akan melakukan kajian-kajian lebih mendalam seberapa jauh regulasi itu dengan mempertimbangkan manfaat dan risikonya.
“Ini kan sesuatu yang baru, kalau mau kolaborasi di situ kita mempertimbangkan seberapa besar manfaat dan risikonya bagi perbankan,” jelasnya.
Menurutnya, jika bank sudah tahu risikonya maka dapat mengukur dan memantau serta melakukan mitigasi risiko.
“Sendainya pada akhirnya akan diatur gak terlalu jauh dari aturan manajemen risiko, kalau mereka ingin melakukan kolaborasi dengan Fintech,” ucapnya .
Ia menambahkan, saat ini perbankan mau tak mau harus mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menguasai teknologi, mengetahui keinginan nasabah dan berorientasi kebutuhan nasabah.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Jatim, Gunawan Arif Hartoyo mengakui, bahwa sebagai seorang banker selain menjalankan tugasnya setiap hari juga harus siap menghadapi tantangan ke depan.
“Kalau kita tidak segera bergerak, maka mungkin ke depan kita akan lewat semuanya,” ungkapnya.
Ia juga menerangkan, perbankan syariah dituntut untuk membangun kesadaran anggotanya, supaya dapat meningkatkan pelayanan pada nasabah dan menjadi lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi.
“Biar bank Syariah tidak dianggap tradisional lagi, lebih modern lagi dan memberikan costamerexperience yang lebih bagus bagi nasabah bank Syariah,” terangnya.
Menanggapi gempuran fintech yang semakin massif, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jatim, Imron Mawardi tetap optimis karena hingga saat ini bank masih bertahan.
Hanya saja, kedepan bukan bersaing antar bank tapi membangun kolaborasi industri bank. Konektivitas dan membangun ekosistem community digital juga harus dilakukan.
“Dulu dengan munculnya GO-JEK dan lainnya, dianggap sebagai ancaman. Tapi ternyata tidak, malah melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru. Teknologi adalah peluang besar,” ucapnya.
Muharar Ani Saputri
Ekonomi Makro
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Provinsi Sultra
KENDARI, Bursabisnis. Id Penyelenggaraan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Prov. Sultra) Tahun 2025 dilaksanakan secara hybrid yang berpusat di Aula Wakatobi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (KPwBI Sultra).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Asisten II Bidang Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sulawesi Tenggara Yuni Nurmalawati, Wakil Ketua II DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Herry Asiku, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara Thathit Suryono, Kepala Daerah dan perwakilan Kabupaten/Kota, Pimpinan Lembaga dan Instasi terkait di lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara, serta berbagai Mitra Strategis dan Stakeholders terkait lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Deputi Kepala KPwBI Provinsi Sultra menyampaikan kondisi global dan nasional yang mencakup kinerja perekonomian serta outlook perekonomian 2025.
Senada dengan arahan Gubernur Bank Indonesia, dalam sambutannya, Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Sultra, Thathit Suryono, menyampaikan bahwa perekonomian global pada tahun 2025 masih diliputi ketidakpastian akibat berlanjutnya ketegangan geopolitik, terutama konflik di Timur Tengah yang menghambat rantai pasok dunia.
Kebijakan tarif dagang Amerika Serikat turut menekan keyakinan pelaku ekonomi, melemahkan konsumsi rumah tangga, dan meningkatkan pengangguran sehingga menahan kinerja ekspor Tiongkok, Jepang, dan berbagai negara mitra.
Meskipun demikian, ekonomi Eropa tumbuh lebih tinggi dari perkiraan berkat perbaikan konsumsi dan investasi, sementara IMF, World Bank, dan Bank Indonesia tetap memperkirakan pertumbuhan global 2025 berada pada kisaran 2,3–3,2%.
Di tengah kondisi tersebut, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang baik didukung konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, serta peningkatan ekspor termasuk ekspor jasa.
Inflasi nasional tetap terjaga dalam sasaran, dengan inflasi inti yang rendah dan imported inflation yang terkendali. Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan berada pada kisaran 4,7–5,5% pada 2025 dan meningkat pada 2026, didorong oleh sinergi kebijakan fiskal–moneter, proyek prioritas pemerintah, dan bauran kebijakan Bank Indonesia yang menjaga stabilitas sekaligus mendorong aktivitas ekonomi.
Pada tingkat regional, pada Triwulan III 2025 perekonomian wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tumbuh positif 4,96% (yoy) dengan inflasi tetap terkendali.
Di Sulawesi Tenggara, kinerja ekonomi Triwulan III 2025 tumbuh sebesar 5,65%(yoy) dan tetap terjaga dalam tren pertumbuhan positif serta diatas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04%(yoy), utamanya didorong oleh kinerja lapangan usaha industri pengolahan berbasis ekspor dan konsumsi rumah tangga.
Optimalnya kinerja perekonomian juga diimbangi dengan tekanan inflasi yang terjaga, pada Oktober 2025 inflasi Prov. Sultra kembali masuk pada target sasaran melalui upaya TPID dan strategi 4K. Aktivitas ekonomi masyarakat turut meningkat sejalan dengan pesatnya digitalisasi sistem pembayaran; transaksi QRIS tumbuh signifikan hingga mencapai 23,29 juta transaksi dan jumlah merchant terus meningkat.
Ke depan, perekonomian Sulawesi Tenggara pada 2026 diperkirakan tumbuh lebih tinggi, ditopang pertumbuhan sektor pertanian melalui ekstensifikasi lahan, peningkatan kapasitas industri pengolahan logam dasar yang masuk rantai pasok baterai kendaraan listrik, serta kelanjutan pembangunan kawasan industri strategis.
Meski pertumbuhan tersebut berpotensi meningkatkan daya beli dan risiko inflasi, sinergi kebijakan antar-stakeholders menjadi kunci untuk menjaga stabilitas perekonomian. Bank Indonesia berkomitmen memperkuat kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran serta senantiasa bersinergi dengan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan sekaligus menjaga inflasi dalam sasaran menuju Indonesia Emas 2045.
Pada kesempatan tersebut, Asisten II Bidang Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Sulawesi Tenggara membacakan sambutan Gubernur Sulawesi Tenggara yang berisi arah kebijakan 2026 Sulawesi Tenggara.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menyampaikan apresiasi kepada Bank Indonesia Sulawesi Tenggara atas sinergi kuat dalam pengendalian inflasi, percepatan pertumbuhan ekonomi, dan digitalisasi daerah. Melalui peran aktif di TPID, penguatan pemantauan harga, fasilitasi GPM, dan pengembangan klaster pangan, inflasi daerah dapat dikendalikan dengan lebih antisipatif.
Di sisi ekonomi, Bank Indonesia berkontribusi memetakan sektor unggulan, mendukung UMKM, memperkuat ekosistem halal, serta meningkatkan inklusi keuangan sehingga pertumbuhan lebih inklusif.
Pada saat yang sama, BI bersama pemerintah daerah mempercepat digitalisasi melalui ETPD dan perluasan penggunaan QRIS hingga menjadikan seluruh pemda di Sulawesi Tenggara menjadi Pemda kategori Digital.
Seluruh capaian ini mencerminkan kemitraan strategis yang perlu terus diperkuat untuk menjaga stabilitas dan mendorong pembangunan Sulawesi Tenggara yang semakin maju dan berdaya saing.
Selain penyampaian outlook perekonomian daerah, PTBI Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2025 juga dirangkaikan dengan penyerahan BI Sultra Award kepada 18 Mitra Strategis KPwBI Sultra yang secara aktif bersinergi dan berinovasi dalam memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi daerah Prov. Sultra selama tahun 2025. Kedepannya, KpwBI Sultra akan senantiasa berkomitmen memberikan dedikasi terbaik untuk Provinsi Sultra melalui sinergi dan inovasi bersama Pemerintah Daerah dan berbagai stakeholders demi mewujudkan ekonomi daerah yang kuat dan berdaya saing.
Laporan : Kas
Editor : Tam
Ekonomi Makro
Dorong Pembangunan : Pemkab Konawe Ajukan RAPBD 2026 Rp 1,62 Triliun, DPRD Sepakat Lanjutkan Pembahasan
KONAWE, Bursabisnis. id — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe resmi menyerahkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2026 kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Konawe.
Penyerahan dilakukan dalam rapat paripurna di Gedung DPRD Konawe pada Rabu, 26 Nopember 2025 oleh Wakil Bupati Konawe, H. Syamsul Ibrahim, SE M.Si kepada Ketua DPRD Konawe, I Made Asmaya, S.Pd, M.M.
Anggaran sebesar Rp 1,62 triliun itu menjadi instrumen fiskal strategis dalam mewujudkan visi Bupati Konawe H. Yusran Akbar dan Wakil Bupati Syamsul Ibrahim menuju Konawe Bersahaja yang Berdaya Saing, Sejahtera, Adil, dan Berkelanjutan.
Pokok-Pokok RAPBD 2026
Dalam penyampaiannya, Wakil Bupati menegaskan bahwa RAPBD 2026 disusun berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipatif, serta pendekatan berbasis kinerja.
“APBD bukan hanya dokumen anggaran, tetapi instrumen pembangunan yang harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Karena itu penyusunannya diselaraskan dengan RPJMD dan visi pembangunan Kabupaten Konawe,” ujar Syamsul Ibrahim.
Ia juga meminta seluruh OPD mengikuti pembahasan anggaran secara serius dan tidak diwakilkan, kecuali dalam kondisi sakit atau opname.
Postur RAPBD Konawe 2026
Pendapatan Daerah: Rp 1.623.911.316.245
PAD: Rp 344,01 miliar
Pendapatan Transfer: Rp 1,26 triliun
Belanja Daerah: Rp 1.752.511.316.245
Rincian belanja sebagai berikut:
1. Belanja Operasi – Rp 1,20 triliun
Dialokasikan untuk:
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Bantuan sosial
Fokus pada peningkatan kualitas pelayanan publik.
2. Belanja Modal – Rp 253,02 miliar
Difokuskan pada pembangunan infrastruktur strategis:
Gedung dan bangunan: Rp 153,4 miliar
Jalan, jaringan, dan irigasi: Rp 70,5 miliar
Alokasi ini diarahkan untuk memperkuat konektivitas wilayah dan daya saing daerah.
3. Belanja Transfer – Rp 277,44 miliar
Termasuk belanja bantuan keuangan untuk:
Pemberdayaan desa
Penguatan pembangunan masyarakat hingga tingkat akar rumput
Defisit anggaran akan ditutupi melalui pembiayaan daerah yang dikelola secara hati-hati.
Dukungan DPRD dan Sikap Fraksi
Ketua DPRD Konawe, I Made Asmaya, menyatakan bahwa pihaknya segera menindaklanjuti RAPBD tersebut melalui pembahasan bersama komisi dan Badan Anggaran.
Seluruh fraksi DPRD memberikan persetujuan awal terhadap Ranperda APBD 2026.
Mayoritas fraksi menyatakan bahwa dukungan politik ini menjadi langkah penting dalam mempercepat proses pembahasan dan penetapan APBD.
“DPRD berkomitmen melakukan pembahasan secara objektif dan transparan demi memastikan APBD 2026 benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat,” tegas I Made Asmaya.
Prioritas Pembangunan 2026
APBD Konawe tahun 2026 akan difokuskan pada beberapa sektor utama:
Peningkatan infrastruktur konektivitas
Penguatan layanan pendidikan dan kesehatan
Pembangunan ekonomi berbasis potensi lokal
Peningkatan kualitas layanan publik secara menyeluruh
Pemkab Konawe menegaskan bahwa tata kelola anggaran akan dilakukan secara efisien, akuntabel, dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat.
Langkah Awal Menuju Penetapan APBD
Penyerahan Ranperda ini menjadi tahap awal dalam proses pembahasan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD sebelum RAPBD ditetapkan menjadi Peraturan Daerah dan mulai diberlakukan pada Januari 2026.
“Kami berkomitmen penuh melaksanakan APBD dengan tanggung jawab. Setiap rupiah harus memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” tutup Syamsul Ibrahim.
Laporan : Ilfa
Editor : Tam
Perbankan
Bank Jatim Setor Modal ke Bank Sultra
KENDARI, Bursabisnis. Id – Bank Jawa Timur (Jatim) dikabarkan resmi menyetor modal ke Bank Sulawesi Tenggara (Sultra) sebesar ratusan miliar.
Penyetoran modal tersebut dalam rangka pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB). Dalam skema ini, Bank Jatim menjadi induk dari sejumlah BPD.
Dengan demikian, maka Bank Jatim resmi mengakuisisi sejumlah persen saham Bank Sultra.
Direktur Utama (Dirut) Bank Jatim, Winardi Legowo membenarkan perihal suntikan modal kepada Bank Sultra, sebagai bagian dari langkah skema KUB.
Winardi Legowo menyebutkan, bahwa pihaknya telah melakukan KUB bersama sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD), diantaranya Bank NTT, NTB, Lampung dan Bank Sultra.
“Proses sudah selesai, tinggal finalisasinya,” ujar Winardi Legowo, saat diwawancarai di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu 19 November 2025.
Sayangnya, Winardi Legowo enggan menyebutkan berapa nilai suntikan modal Bank Jatim ke Bank Sultra.
Begitu juga saat ditanya berapa persen jumlah saham yang diakuisisi pihai Bank Jatim dari suntikan modal tersebut, Winardi Legowo belum mau mengungkapkan ke publik.
“Soal angkanya itu (jumlah modal yang disetor) kami akan sampaikan tersendiri yah,” kata Winardi Legowo.
Kendati demikian, Winardi Legowo mengakui, jika jenis saham yang dibeli Bank Jatim dari Bank Sultra adalah saham serie A.
Bank Jatim dan Bank Sultra nampaknya kompak untuk tak menyebutkan jumlah setoran modal dan jumlah persen saham yang dibeli atau diakuisisi.
Kepala Divisi Corporate Secretary, WA Ode Nurhuma yang ditemui di lokasi kegiatan misi dagang Pemprov Jawa Timur tak bersedia untuk diwawancarai awak media.
Dilansir dari laman resmi indorpemier, disebutkan bahwa jumlah modal yang disetorkan Bank Jatim ke Bank Sultra melalui skema KUB sebesar Rp100 miliar, pada Senin 10 November 2025.
Laporan : Kas
Editor : Tam
Dirut Bank Jatim, Winardi Legowo. -foto:ist-
-
ENTERTAINMENT6 years agoInul Vista Tawarkan Promo Karaoke Hemat Bagi Pelajar dan Mahasiswa
-
Rupa-rupa6 years agoDihadiri 4000 Peserta, Esku UHO dan Inklusi Keuangan OJK Sukses Digelar
-
PASAR6 years agoJelang HPS 2019, TPID: Harga Kebutuhan Pokok Relatif Stabil
-
Entrepreneur6 years agoRumah Kreatif Hj Nirna Sediakan Oleh-oleh Khas Sultra
-
Fokus6 years agoTenaga Pendamping BPNT Dinilai Tidak Transparan, Penerima Manfaat Bingung Saldo Nol Rupiah
-
FINANCE6 years agoOJK Sultra Imbau Entrepreneur Muda Identifikasi Pinjol Ilegal Melalui 2L
-
Fokus6 months agoUsai Harumkan Nama Wakatobi, Pelatih Atlit Peraih Medali Emas Jual Hp Untuk Ongkos Pulang
-
PERTAMBANGAN3 months ago25 Perusahaan Tambang di Sultra Dihentikan Sementara Operasinya
