KOMODITI
Kemendag Lakukan Terobosan Tingkatkan Ekspor Diversifikasi Rempah Indonesia di Pasar Dunia

JAKARTA, bursabisnis.id ― Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) terus melakukan terobosan guna meningkatkan ekspor rempah Indonesia di pasar dunia. Rempah merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan karena pasarnya terus tumbuh.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kasan, selaku pembicara kunci pada webinar dengan tema “Strategi Diversifikasi dan Adaptasi Ekspor Rempah Indonesia pada Tatanan Kehidupan Normal Baru”.
“Pemerintah terus melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan ekspor rempah di tatanan kehidupan normal baru saat ini. Rempah merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan karena pasarnya terus tumbuh. Hal ini sejalan dengan meningkatnya industri makanan dan minuman, industri restoran, dan industri kosmetik dunia,” jelas Kasan sebagaimana dilansir disitus kemendag.go.id.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kasan,
Kasan menegaskan, kita harus bergerak cepat dan bekerja sama untuk meningkatkan dan menjaga ekspor rempah Indonesia. “Langkah-langkah yang akan dilakukan Kemendag antara lain dengan melakukan pemetaan produk dan pasar ekspor, penguatan promosi dagang, pengembangan produk ekspor, dan penguatan sumber daya manusia (SDM),” ujar Kasan.
Lanjut Kasan, perdagangan tidak boleh berhenti karena alasan Covid-19. Terlebih lagi rempah adalah produk unggulan dan dibutuhkan pada saat Covid-19 untuk imunitas tubuh.
Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Olvy Andrianita mengatakan, walaupun ada Covid-19, permintaan atas rempah masih meningkat. “Pada Januari-April 2020, nilai permintaan rempah tercatat sebesar USD 218 juta atau meningkat sekitar 19,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar Olvy.
Olvy mengatakan, terdapat sejumlah hambatan yang dialami ekspor rempah saat ini. Beberapa di antaranya adalah penutupan laboratorium untuk pengujian, penutupan bandar udara komersial internasional, berkurangnya permintaan dari negara importir dikarenakan pemberlakuan karantina wilayah dan kebijakan lockdown juga terputusnya rantai pasokan dan pendistribusian produk ke negara lain.
“Proses produksi tidak dapat didistribusikan dengan baik ke pasar lokal maupun ke pasar dunia karena banyaknya industri makanan dan industri kuliner yang sementara tutup karena masa pandemi,” kata Olvy.
Olvy menambahkan, strategi peningkatan ekspor lainnya adalah memperkuat daya saing komoditas dengan memanfaatkan pasar ekspor luar negeri. Hal itu dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi, penetrasi, dan pengembangan komoditas. Di samping itu, perlu adanya promosi secara daring (online) maupun luring (offline) serta memfasilitasi dunia usaha agar dapat dengan mudah menyertifikasi indikasi geografis, sertifikasi organik, serta sertifikasi halal ke negara tujuan ekspor.
“Upaya peningkatan perdagangan dilakukan melalui pengembangan sertifikasi produk dan peningkatan food safety dari tingkat petani. Sehingga, produk rempah harus dipastikan dahulu terbebas dari Salmonella dan Aflatoksin.
Selain itu, lanjut Olvy, Indonesia perlu mengembangkan rempah organik. Sebab, rempah jenis tersebut tengah diminati oleh pasar Eropa. Indonesia juga perlu meningkatkan promosi produk rempah yang belum dikenal, seperti kunci dan temulawak.
Penguatan jejaring perwakilan Indonesia di luar negeri dan perwakilan perdagangan baik Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), dan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) juga penting untuk dilakukan. Selain itu, dengan mengoptimalkan pemanfaatan resi gudang untuk menjaga kualitas produk yang disimpan.
“Untuk meningkatkan ekspor rempah, pemerintah berupaya mendorong penetrasi ekspor ke negara nontradisional seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan. Selain itu, rempah tanah air juga potensial diekspor ke Bosnia dan Eropa Timur,” ujar Olvy.
Atase Perdagangan RI di India Ferry Jacob menegaskan, siap menjembatani dan memfasilitasi pencarian buyers potensial serta meningkatkan branding produk rempah Indonesia. “Kami akan bekerja sama dengan Konsulat Jenderal, ITPC, dan KDEI untuk mencari buyers, serta mempromosikan dengan meningkatkan branding produk rempah Indonesia,” kata Ferry.
Ferry menambahkan, yang perlu diperhatikan para pelaku ekspor yaitu memastikan kelancaran transaksi terkait kepastian pengiriman barang setelah dilakukannya pembayaran, mencermati situasi pembatasan sosial berskala besar di Indonesia saat ini, adanya kontinuitas kualitas dan kuantitas produk, serta melakukan konfirmasi setelah bertransaksi.
Dalam webinar tersebut hadir importir dari India Rajeshwaran S.P.K.M. Rajamani yang menyampaikan, peluang rempah Indonesia terbuka. Menurutnya, India bukan pesaing, melainkan merupakan rekan yang dapat saling bekerja sama untuk meningkatkan ekspor rempah Indonesia ke India karena rempah India tidak sama dengan Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan KDEI Taipei Taiwan Miftah Farid menyampaikan, KDEI Taipei siap mendukung pelaku usaha rempah Indonesia melalui kegiatan penjajakan kesepakatan dagang pada Maret 2020. Selain itu, juga akan membantu mempertemukan antara pelaku usaha rempah Indonesia dengan importir di Taiwan.

Indonesia kaya akan rempah-rempah.
Acara webinar turut dihadiri perwakilan Dewan Rempah Indonesia Lukman Basri dan importir dari Taiwan Theresia Liu. Theresia mengatakan, kebutuhan terhadap rempah Indonesia saat ini mengalami peningkatan. Hal itu, karena rempah di Taiwan yang semula hanya digunakan untuk obat-obatan kini beralih kegunaannya untuk industri restoran. Selain itu juga adanya peningkatan kebutuhan rempah bagi warga negara Indonesia (WNI) di Taiwan.
Sekilas Perdagangan Ekspor Rempah Indonesia
Indonesia berada pada peringkat enam dunia eskportir rempah dengan pangsa pasar 6,03 persen setelah India (pangsa pasar 18,75 persen), Tiongkok (14,25 persen), Vietnam (7,14 persen), Madagaskar (6,47 persen), dan Guatemala (6,37 persen).
Pada periode Januari–April 2020, nilai ekspor rempah Indonesia mencapai USD 218,69 juta, atau meningkat 19,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Komoditas ekspor rempah utama Indonesia selama tahun 2019 adalah lada (pangsa pasar 22,04 persen), cengkeh (16,65 persen), bubuk kayu manis (12,16 persen), vanila (10,42 persen), dan pala (10,09 persen). Kelima produk ini merupakan komoditas utama rempah dengan jumlah pangsa pasar sebanyak 71,36 persen dari total ekspor rempah Indonesia di tahun 2019.
Negara tujuan ekspor utama produk rempah Indonesia pada 2019 adalah Amerika Serikat dengan pangsa pasar 22,48 persen, India (15,54 persen), Vietnam (14,03 persen), Tiongkok (7,32 persen), dan Belanda (4,94 persen).
Sementara itu, sepanjang 2015―2019, ekspor rempah Indonesia ke pasar nontradisional menunjukkan tren pertumbuhan positif, antara lain ke Pakistan (tren 16,32 persen), Saudi Arabia (11,94 persen), Thailand (6,69 persen), Uni Emirat Arab (UAE) (37,06 persen), Kanada (1,68 persen), dan Brasil (9,07 persen).
Laporan : Rustam Dj
KOMODITI
OJK Sultra Dorong Pengembangan Komoditas Kakao di Kolaka Timur

KENDARI, Bursabisnis.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus berupaya mendorong komoditas kakao dapat meningkatkan ekonomi daerah pada tahun 2025.
Kepala OJK Sultra, Bismi Maulana Nugraha, mengatakan komoditas kakao nantinya bakal didorong dikembangkan di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) sebagai penghasil kakao.
“Ada dua wilayah di Koltim penghasilan kakao. Ini yang kita akan dorong dan menjadi unggulan yang kami pada tahun 2025,” ujar sat melakukan bincang bersama media di salah satu restoran di Kendari.
Ia menegaskan, bahwa Sultra menjadi urutan kedua se-indonesia dalam budidaya kakao. Tentu ini menjadi hal penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Oleh karena itu, dia menyebutkan bahwa pihaknya telah menunjuk sejumlah pihak untuk mendorong upaya peningkatan komoditas kakao tersebut
“Tentunya ekosistem ini sangat baik, kami akan membantu dan melibatkan masyarakat juga dalam mendorong komoditas kakao ini,” bebernya
Dia menambahkan, bahwa perlunya untuk mendorong produk kakao ini hingga proses hilirisasinya dapat memberikan peningkatan ekonomi bagi masyarakat.
Liputan: Mirkas
Editor : Tam
KOMODITI
Kemenperin Angkat Produk dan Komoditi Lokal ke Jaringan Global

JAKARTA, Bursabisnis.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk mengangkat produk dan komoditas lokal ke skala yang lebih besar.
Dengan mengangkat komoditas lokal yang didukung oleh kekuatan inovasi serta jaringan global, diharapkan dapat memperluas pasar bagi produk dan komodits unggulan Indonesia.
Salah satu langkah yang dilakukan Kemenperin adalah menyelenggarakan rangkaian agenda Business Matching dan Pameran Produk Olahan Kopi, Teh, Kakao, Buah, dan Olahan Susu “Specialty Indonesia” yang berlangsung pada 5-8 Agustus 2024.
“Inisiatif ini adalah bagian dari visi bersama untuk memperkuat identitas dan keberlanjutan produk Indonesia melalui promosi dan pengenalan kepada pasar lokal dan internasional,” ungkap Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika sebagaimana dilansir bursabisnis.id di laman kemenperin.go.id pada Sabtu, 10 Agustus 2024.
Dalam memeriahkan rangkaian kegiatan pameran, Kemenperin bekerja sama dengan Arummi Foods, perusahaan pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memproduksi susu kacang mede, menggelar talk show dan kompetisi barista dengan kreasi penggunaan susu mede yang dikombinasikan dengan espresso.
Putu juga mengatakan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk mendemonstrasikan potensi dan keunikan produk asli Indonesia, salah satunya kacang mede yang tidak hanya digunakan untuk konsumsi langsung, namun juga sebagai bahan baku produk olahan, termasuk berupa minuman.
Acara ini juga diharapkan membantu dalam membangun kesadaran dan apresiasi yang lebih besar terhadap keberlanjutan dan etika produksi yang bertanggung jawab.
Untuk mendorong pengembangan produk-produk specialty Indonesia, Kemenperin juga telah menjalankan beberapa program, di antaranya fasilitasi bantuan peralatan produksi, pembinaan SDM melalui Diklat 3 in 1, dan aktif mempromosikan melalui pameran-pameran, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga internasional.
“Kami mengharapkan semakin banyak tercipta kolaborasi antara pelaku usaha produk specialty Indonesia dengan pelaku bisnis pengguna seperti hotel, restaurant, dan retailers internasional sehingga brand image produk specialty Indonesia dapat semakin mendunia,” ujar Putu.
Talkshow bertema “Inovasi Susu Kacang Mede Lokal Pertama Indonesia dan Aplikasinya dalam Produk Kopi yang Berkembang Pesat” ini membahas kemajuan inovatif dan integrasi susu kacang mede lokal dalam industri kopi yang dinamis.
Salah satu poin yang dibahas dalam kegiatan tersebut adalah minuman hasil ekstraksi tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan yang dapat menjadi alternatif pengganti susu sapi untuk konsumen yang alergi terhadap laktosa (lactose intolerance).
Acara kemudian dilanjutkan dengan “Arummi Barista Challenge” yang menantang para barista terbaik untuk berkompetisi menciptakan minuman inovatif menggunakan Arummi Cashew Milk. Mikael Jasin, World Barista Champion 2024 sekaligus Brand Ambassador Arummi, yang bertindak sebagai salah satu juri mengungkapkan antusiasmenya terhadap acara ini.
“Saya bangga menjadi bagian dari inisiatif, yang tidak hanya menguji keterampilan para barista, tetapi juga menonjolkan potensi besar susu kacang mede sebagai alternatif susu di industri kopi,” ujar Mikael.
Head of Indonesia Coffee Association Donna Elvina yang juga menjadi juri dalam kompetisi ini menambahkan, acara ini merupakan wadah yang luar biasa untuk mengedukasi dan menginspirasi industri kopi tentang pentingnya diversifikasi produk dan penggunaan bahan lokal yang berkelanjutan.
Dari kompetisi Barista Challenge, juri menetapkan tiga pemenang. Predikat juara pertama diberikan kepada Deon Valencio, barista muda berusia 16 tahun. Selanjutnya, juara kedua diraih oleh Pajar Setiawan, dan juara ketiga diraih Ihsan Pramana.
CEO Arummi Foods Nacitta Kanyandara menjelaskan, Arummi Cashew Milk adalah produk susu kacang mede lokal pertama di Indonesia yang aman dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa karena rendah kalori, rendah gula, dan tidak mengandung kolesterol.
Nacitta juga mengatakan, keterlibatan Arummi dalam acara bersama Kemenperin merupakan bukti komitmen perusahaan terhadap inovasi dan keberlanjutan.
“Kami berharap kolaborasi ini dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam pasar global produk spesialitas, sekaligus menjadikan Arummi salah satu produk contoh sukses integrasi keberlanjutan dalam bisnis,” pungkasnya.
Sumber : kemenperin.go.id
Penulis : Icha
Editor. : Tam
KOMODITI
Proyeksi Impor Beras Indonesia 5,17 Juta Ton Sepanjang Tahun 2024, Terbesar Dalam Sejarah

JAKARTA, Bursabisnis.id – Proyeksi neraca beras nasional 2024 terkini yang dimutakhirkan pada Mei 2024, Indonesia berpotensi akan mengimpor beras hingga 5,17 juta ton sepanjang 2024.
Hal itu dengan realisasi impor Januari-April 2024 telah mencapai 1,77 juta ton dan rencana impor Mei-Desember 2024 sebesar 3,40 juta ton.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPR RI Saadiah Uluputty, menilai seharusnya Pemerintah sudah dapat mengantisipasi hal itu. Karena itu, ia meminta pemerintah tingkatkan produksi beras lokal untuk ketahanan pangan dan membantu kesejahteraan petani lokal.
“Ini kan udah ada proyeksinya, pemerintah mesti bisa mengantisipasi ini, dengan cara mendorong peningkatan produksi beras lokal melalui pengembangan teknologi pertanian yang lebih baik, penyediaan subsidi pupuk dan benih yang efektif, serta pengelolaan irigasi yang lebih baik,” tandas Saadiah sebagaimana dilansir dari laman dpr.go.id pada Jumat, 9 Agustus 2024.
Jika proyeksi itu benar terjadi, Saadiah khawatir akan impor beras 5,17 juta ton pada 2024 bakal menjadi rekor impor beras terbesar, melewati impor beras di tahun 1999 silam yang mencapai 4,75 juta ton.
“Impor beras 5,17 juta ton kalau seandainya tercapai juga tentu Indonesia jadi negara importir beras terbesar di dunia, mengalahkan negara tetangga Filipina yang rerata impor berasnya di kisaran 4 juta ton setiap tahun,” ujar Politisi Fraksi PKS ini.
Lebih lanjut, Saadiah menawarkan opsi diversifikasi sumber pangan, di mana tidak lagi bergantung pada satu jenis makanan atau komoditas pertanian tertentu, dalam hal ini beras.
“Seharusnya ini dijalankan dengan mengembangkan produksi dan konsumsi berbagai jenis makanan yang berbeda untuk memastikan keamanan pangan yang lebih baik juga mengurangi risiko terkait ketergantungan satu jenis sumber pangan,” ungkap politisi dari Dapil Maluku ini.
Sumber : dpr.go.id
Penulis : Icha
Editor : Tam
-
ENTERTAINMENT6 years ago
Inul Vista Tawarkan Promo Karaoke Hemat Bagi Pelajar dan Mahasiswa
-
Rupa-rupa6 years ago
Dihadiri 4000 Peserta, Esku UHO dan Inklusi Keuangan OJK Sukses Digelar
-
PASAR6 years ago
Jelang HPS 2019, TPID: Harga Kebutuhan Pokok Relatif Stabil
-
Entrepreneur6 years ago
Rumah Kreatif Hj Nirna Sediakan Oleh-oleh Khas Sultra
-
Fokus6 years ago
Tenaga Pendamping BPNT Dinilai Tidak Transparan, Penerima Manfaat Bingung Saldo Nol Rupiah
-
FINANCE6 years ago
OJK Sultra Imbau Entrepreneur Muda Identifikasi Pinjol Ilegal Melalui 2L
-
Ekonomi Makro5 years ago
Aset Perbankan Syariah Tumbuh 7,10 Persen, Produk Syariah Semakin Diminati
-
Entrepreneur6 years ago
Mengenal Sosok Pengusaha Syarifuddin Daeng Punna yang Pantang Menyerah Berusaha