Fokus
Alokasi Anggaran MBG Tahun 2025 Rp71 Triliun, Target Penerima Manfaat Jadi 82,9 Juta Orang

JAKARTA, Bursabisnis.id – Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan gizi yang optimal lebih mampu berkonsentrasi, menyimpan informasi, dan berprestasi di bidang akademik. Sebaliknya, malnutrisi memiliki dampak jangka panjang yang merugikan terhadap perkembangan kognitif, kesehatan, dan produktivitas ekonomi.
Kementerian Kesehatan secara konsisten menekankan pentingnya menangani masalah malnutrisi melalui berbagai inisiatif, seperti yang terlihat dalam laporan tentang gizi anak, khususnya yang berfokus pada penurunan stunting dan pencegahan anemia.
Presiden Prabowo Subianto ingin memastikan bahwa seluruh warga negara, terutama anak-anak, memiliki akses gizi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kognitif mereka.
Melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemerintah berupaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan produktif.
Program MBG menjadi inisiatif pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak, terutama siswa sekolah dasar dan menengah, melalui pemberian makanan bergizi secara gratis di sekolah.
Program ini merupakan bagian dari agenda prioritas pemerintah untuk mengatasi masalah stunting, meningkatkan kesehatan generasi muda, dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Program MBG dilakukan melalui pemberian makan bergizi di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil/menyusui dengan risiko anak stunting. Gizi memainkan peran langsung dalam membentuk kualitas SDM.
Gizi yang cukup memungkinkan individu mencapai potensi penuh dalam hal belajar, berprestasi, dan berkontribusi kepada masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas dalam pemenuhan gizi nasional, Presiden Prabowo Subianto melalui Perpres Nomor 83 Tahun 2024 kemudian membentuk Badan Gizi Nasional (BGN).
Lembaga ini menyelenggarakan pemenuhan gizi nasional untuk mendukung pembangunan SDM yang berkualitas, sebagai perwujudan hak asasi manusia.
Target Penerima Naik
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Program MBG semula sudah dianggarkan dalam APBN 2025 sebesar Rp71 triliun.
Seluruh anggaran sebesar Rp71 triliun tersebut dialokasikan ke Badan Gizi Nasional. Dalam APBN 2025, dari total anggaran Rp71 triliun tersebut, sebesar Rp51,5 triliun digunakan untuk belanja barang bahan makan untuk diberikan menjadi makan bergizi.
Anggaran lainnya digunakan untuk belanja modal yang digunakan untuk mendukung program teknis, belanja pegawai, dan belanja barang yang digunakan untuk mendukung program pemenuhan gizi dan program dukungan manajemen.
Program MBG merupakan program prioritas utama Presiden (Asta Cita) dilaksanakan menggunakan dana APBN 2025, dengan mata anggaran sebagai Bantuan Pemerintah.
Alokasi anggaran yang disediakan pada kegiatan Bantuan Pemerintah ini adalah berupa paket bantuan MBG, yang dialokasikan melalui DIPA Badan Gizi Nasional Tahun Anggaran 2025.
Alokasi anggaran untuk Program MBG pada akun Bantuan Pemerintah semula sebesar Rp51,5 triliun dengan target penerima manfaat sebanyak 17,9 juta orang, dengan rincian 15,5 juta anak sekolah dan sebanyak 2,4 juta orang ibu hamil/menyusui dan balita.
Berdasarkan arahan Presiden, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara pada Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Juni 2025 yang dilaksanakan pada 17 Juni 2025 menerangkan target penerima manfaat MBG akan dinaikkan pada kuartal IV 2025 menjadi 82,9 juta penerima manfaat.
“Sesuai dengan arahan Presiden, target penerima manfaat MBG tahun 2025 diarahkan menuju 82,9 juta penerima, dilayani oleh 32.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di seluruh Indonesia,” ungkap Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.
Suahasil mengatakan, beberapa waktu yang lalu Kepala Badan Gizi Nasional telah menyebutkan di Dewan Perwakilan Rakyat bahwa akan ada kebutuhan tambahan anggaran di APBN untuk program MBG. Suahasil menyebut Kementerian Keuangan tetap menyiagakan untuk kebutuhan tambahan anggaran seperti yang telah disampaikan yaitu sebesar Rp100 triliun jika memang akan terlaksana 82,9 juta penerima di kuartal IV 2025.
“Kita menyiagakan menyiapkan anggaran tambahan sampai dengan Rp100 triliun yang nanti realisasinya akan kami sampaikan secara rutin, tentu bergantung kepada kecepatan realisasi penerima manfaat oleh Badan Gizi Nasional,” tambah Suahasil.
Suahasil memaparkan realisasi belanja Badan Gizi Nasional sampai dengan 12 Juni 2025 sudah mencapai Rp4,4 triliun. Selama waktu tersebut, MBG telah menjangkau sebanyak 4,89 juta orang penerima manfaat (anak sekolah dan ibu hamil) serta dilayani oleh 1.716 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum yang telah beroperasi.
MBG gerakkan ekonomi lokal
Dengan memperhatikan angka kemiskinan nasional tahun 2024 yang menyentuh angka 9,03% sedangkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Teknokatrik pada tahun 2009 sebesar 4,5-5,0, maka diperlukan 11,3 juta jiwa yang harus dientaskan kemiskinannya sampai tahun 2009 untuk mengejar tingkat kemiskinan sebesar 5%. Indonesia juga masih mengalami permasalahan gizi seperti prevalensi stunting pada balita dan masalah gizi pada anak usia sekolah.
Selain itu, Indonesia juga masih mengalami tantangan ketahanan pangan. Menurut Global Food Security Indeks (GFSI) 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-69 dari 113 negara dalam hal ketahanan pangan. Indeks ini mengukur ketahanan pangan berdasarkan atas keterjangkauan harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi dan keamanan pangan, serta ketahanan sumber daya alam. Pada parameter lain, Indonesia juga mencatatkan tingkat kelaparan di posisi kedua tertinggi di Asia Tenggara, berdasarkan Global Hunger Indeks (GHI) tahun 2023. Data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa pada tahun 2021, sekitar 26,5% rumah tangga di Indonesia memiliki akses terbatas terhadap pangan bergizi.
Program Makan Bergizi Gratis menjadi solusi dengan harapan tingkat konsumsi pangan, kesehatan, serta pendidikan membaik sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing pekerja, meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi ketimpangan, kemiskinan, dan pengangguran yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kemiskinan.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan MBG merupakan salah satu program prioritas yang alokasi anggarannya diprioritaskan pemerintah. Namun, pada saat yang sama Indonesia juga dihadapkan pada masalah pendapatan yang turun dan jumlah pengangguran atau pencari kerja yang lebih besar. Menurutnya, alangkah baiknya jika Program MBG juga diintegrasikan dengan kebutuhan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar. Program ini akan mampu mengatasi permasalahan kekurangan gizi, tetapi di sisi lain juga membantu untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan.
“Artinya bukan cuma masalah besaran alokasi anggaran. Tapi desain implementasi itu sangat menentukan. Implementasinya semestinya diarahkan seragam dan fokus untuk menggerakkan ekonomi lokal, menyerap sebesar-besar tenaga kerja yang ada di daerah tersebut. Apalagi kalau sampai juga merekrut orang-orang yang tadinya tidak bekerja atau yang pendapatannya sangat rendah menjadi meningkat pendapatannya,” pungkas Faisal.
Program MBG diharapkan tak hanya berdampak pada kesehatan anak-anak, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Dengan melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani lokal, serta pelaku katering di sekitar sekolah, program ini menciptakan ekosistem produksi dan distribusi pangan yang memberdayakan masyarakat setempat. Perputaran dana di tingkat daerah meningkat, lapangan kerja baru terbuka, dan permintaan terhadap bahan pangan segar dan bergizi turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan kuliner lokal.
Sumber : kemenkeu.go.id
Laporan : Tam
Fokus
Keamanan Siber Harus Jadi Prioritas Strategis, Tahun 2024 Indonesia Hadapi 330,5 Juta Anomali Siber

PERCEPATAN transformasi digital saat ini menyentuh hampir seluruh lini kehidupan, industri keuangan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh perkembangan teknologi.
Inovasi digital memungkinkan transaksi keuangan berlangsung dalam hitungan detik, mempermudah akses bagi nasabah, dan menciptakan efisiensi operasional bagi institusi keuangan.
Namun, di balik kemudahan tersebut, mengintai ancaman yang tak kalah serius, serangan siber yang kian canggih dan merugikan.
Industri keuangan secara inheren memproses data dan transaksi yang bernilai tinggi. Bank, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, dan perusahaan teknologi finansial (fintech) menyimpan informasi yang sangat sensitif, mulai dari data pribadi nasabah hingga catatan transaksi bernilai miliaran rupiah.
Menurut data dari Financial Services Information Sharing and Analysis Center (FS-ISAC), industri keuangan merupakan target utama serangan siber global, dengan lebih dari 30 persen dari total serangan yang terjadi setiap tahunnya menyasar lembaga keuangan.
Tingginya nilai ekonomi dan informasi yang dikelola menjadikan sektor ini sebagai target bernilai tinggi. Serangan seperti phishing, malware, ransomware, dan data breach bukan sekadar ancaman, melainkan realitas yang terus berkembang dan semakin kompleks.
Salah satu contoh kasus yang sempat mengguncang dunia keuangan adalah insiden peretasan Bank Bangladesh pada 2016. Dalam insiden tersebut, para peretas berhasil membobol sistem keamanan dan mengirimkan perintah transfer palsu melalui sistem SWIFT, mencuri hampir US$81 juta dari rekening bank sentral.
Kasus serupa juga terjadi di Indonesia. Pada 2021, sebuah perusahaan multifinansial lokal mengalami serangan ransomware yang membuat seluruh sistem operasionalnya lumpuh selama hampir seminggu. Akibatnya, ribuan transaksi harian tertunda, dan kepercayaan nasabah mengalami penurunan signifikan.
Dampak dari serangan siber bukan hanya kerugian finansial yang nyata, tetapi juga hilangnya kepercayaan publik yang telah dibangun bertahun-tahun.
Laporan IBM Cost of a Data Breach Report 2023 mencatat bahwa rata-rata kerugian akibat pelanggaran data di sektor keuangan mencapai USD5,9 juta per insiden—tertinggi kedua setelah sektor kesehatan.
Namun, kerugian tersebut tidak terbatas pada uang. Terdapat berbagai implikasi lain yang tak kalah serius antara lain, eputasi yang tercoreng. Lembaga keuangan yang gagal melindungi data nasabah akan kehilangan kepercayaan yang menjadi fondasi utama hubungan antara bank dan nasabah.
Kemuadia, sanksi Regulasi. Di bawah peraturan seperti UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) di Indonesia dan General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa, pelanggaran data dapat dikenai denda yang sangat besar.
Lalu, gangguan Operasional. Serangan siber seringkali melumpuhkan sistem penting seperti layanan transaksi digital dan internet banking.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah mengeluarkan berbagai peraturan dan panduan untuk meningkatkan ketahanan siber lembaga keuangan.
Di antaranya adalah, POJK No. 11/POJK.03/2022 tentang Keamanan Siber dan Ketahanan Teknologi Informasi; Surat Edaran BI tentang Manajemen Risiko TI; Framework Keamanan Siber Nasional oleh BSSN.
Regulasi tersebut mengamanatkan adanya kebijakan keamanan informasi yang menyeluruh, audit berkala, serta kewajiban pelaporan insiden siber secara cepat dan transparan.
Namun demikian, regulasi saja tidak cukup. Implementasi nyata di tingkat operasional adalah kunci. Banyak lembaga keuangan yang mengeluhkan kurangnya sumber daya manusia terlatih di bidang keamanan TI, serta terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk mitigasi risiko siber.
Keamanan siber tidak hanya bergantung pada perangkat lunak atau perangkat keras. Faktor manusia tetap menjadi titik lemah terbesar. Studi dari Verizon menyebutkan bahwa 82 persen insiden pelanggaran data melibatkan unsur kelalaian manusia, seperti mengklik tautan phishing atau penggunaan kata sandi yang lemah.
Oleh karena itu, membangun budaya kesadaran siber menjadi hal yang sangat penting. Pelatihan rutin kepada karyawan, simulasi insiden, serta pengujian sistem (penetration testing) harus menjadi bagian dari strategi keamanan siber menyeluruh.
Maraknya Serangan Siber
ManageEngine mengungkapkan, Indonesia menghadapi 330,5 juta anomali siber sepanjang 2024. Hal itu menunjukkan kerentanan banyak perusahaan atau organisasi di Indonesia terhadap serangan siber yang semakin canggih saat ini.
Regional Director Asia Pacific ManageEngine, Arun Kumar, mengatakan ada beberapa alasan yang membuat keamanan siber di Indonesia sangat rentan terhadap banyak ancaman.
Alasan pertama adalah kesalahan manusia alias human error pada saat melakukan transformasi digital. Arun menjelaskan, dalam setiap transformasi digital yang dilakukan, perlu adanya pemahaman bahwa setiap data haruslah mengalir secara lancar melalui proses menggunakan alat dan aplikasi.
“Namun, secara umum manusia juga memiliki tantangan dalam menyimpan data di luar sistem karena alasan kenyamanan atau kurangnya kesadaran. Itu semua merupakan titik kritis potensial dalam hal serangan siber,” kata Arun.
Alasan kedua yang membuat Indonesia begitu rentan terhadap ancaman adalah karena tidak menjadikan keamanan siber sebagai prioritas. Arun melihat, banyak organisasi atau perusahaan di Indonesia yang cenderung berinvestasi terlebih dahulu terhadap transformasi digital, sedangkan keamanan siber belakangan.
Fokus terhadap keamanan siber menurut Arun perlu menjadi fokus perusahaan atau organisasi di Indonesia. Bukan hanya dari sisi peralatannya, melainkan juga pendekatan tangguh apa yang bisa dilakukan sistem keamanan siber saat mendapatkan serangan.
“Yang lebih penting, ini bukan hanya tentang berinvestasi pada perangkat keamanan siber. Jadi, ini juga membangun pendekatan ketahanan siber yang sangat baik. Jadi, ada perbedaannya. Keamanan siber selalu tentang bagaimana perangkatmu dapat bertahan dari serangan,” tutur Arun.
Masih di 2024, data International Cybersecurity Agencies menunjukkan Indonesia menghadapi 514.508 aktivitas ransomware. Lalu, masih di tahun yang sama, Indonesia tercatat menghadapi total aktivitas terindikasi phishing sebanyak 26.771.610 aktivitas, dan total trafik anomali sebanyak 330.527.636 dengan 81.286.596 anomali disebabkan oleh serangan Mirai Botnet.
Itu belum termasuk penggunaan Stealer Logs oleh para pelaku serangan siber yang menyebabkan pelanggaran signifikan, membahayakan data penting milik jutaan orang di seluruh Indonesia.
Melihat data serangan siber yang ada, Direktur Technology and Operations UOB Indonesia, Paul Rafiuly memproyeksikan, serangan siber akan terjadi lebih cepat, lebih canggih, dan lebih akurat dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. Hal ini diungkapkan Paul berdasarkan pengamatannya terhadap serangan siber yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir ini.
“Kalau kita lihat tren 10 tahun lalu sampai sekarang, kemungkinan besar serangan akan lebih cepat, lebih canggih, dan lebih akurat,” ujarnya dalam acara webinar bertajuk “The Future of Cybersecurity: Threats, Challenges, and Innovations” yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kamis (5/6/2025).
Ketangguhan Keamanan Siber LPS
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengakui mendapatkan serangan siber distributed denial of service alias DDoS sebanyak 2,2 miliar dalam periode 17 Juni hingga 3 Juli 2025, atau kurang lebih dalam kurun waktu dua minggu.
Ketua Dewan Komisioner (DK) LPS, Purbaya Yudhi Sadewa dalam Temu Media di Kantor Pusat LPS, Jumat (4/7/2025) mengungkapkan bahwa serangan siber yang diterima tersebut meningkat dengan pesat. “Serangannya kencang banget. Ini bahkan dalam 5 menit bisa 100 juta serangan. Dalam 2 minggu terakhir itu, 2 miliar setengah lebih serangan ke LPS,” kata Purbaya.
Purbaya menuturkan, serangan siber yang diterima LPS adalah yang terbesar keempat di dunia. Namun demikian, ia memastikan bahwa keamanan siber LPS masih unggul. Bahkan, Purbaya memastikan pihaknya senantiasa memperbaharui sistem ketahanannya.
“Jadi sejak 2021, kita sudah enhance cyber security di sini. Kita sudah invest Rp300 miliar untuk meningkatkan IT kita. Dan kita juga sudah hire, hacker-hacker yang jago-jago, supaya sistem kita begitu (kuat,” pungkas Purbaya.
Direktur Group Sistem Informasi LPS Monang Siringoringo mengatakan, sejak 17 Juni hingga 3 Juli 2025, pihaknya mengidentifikasi adanya serangan DDoS dengan intensitas luar biasa mencapai total 2,2 miliar serangan (hit). Puncaknya pada 25 Juni 2025, tercatat sebesar 34 juta serangan per detik dengan total traffic mencapai 960 gigabit per detik.
Monang menjelaskan, serangan tersebut berasal dari 44,6 juta IP address dari 40 negara, termasuk Indonesia, Vietnam, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda. Menurutnya, pola serangan yang terus berubah menunjukkan bahwa aksi ini telah dirancang dengan sistematis dan matang.
Sebelumnya, pada 2022, Monang mengungkapkan bahwa LPS juga sempat menjadi target ransomware, namun berhasil mendeteksi dan menggagalkan serangan tersebut.
Bahkan, tim siber LPS berhasil melacak dan membobol cloud penyimpanan pelaku untuk menghapus data-data korban lain yang telah disimpan.
“LPS bisa diserang seperti ini, berarti tempat lain pun berpotensi bisa diserang dan kemudian operasionalnya bisa setop (ketika pertahanan siber ditembus oleh penyerang). Jadi, kita benar-benar perlu berkolaborasi untuk hal-hal seperti ini dan mesti serius,” kata Monang.
Monang pun mengungkap pentingnya tiga kunci utama dalam menghadapi ancaman siber, usai lembaga ini mengatasi dua kali serangan siber kategori luar biasa, yakni distributed denial of service (DDoS) hyper volumetric dan ransomeware.
Menurut Monang keberhasilan menangkal serangan tidak hanya bergantung pada kecanggihan teknologi, melainkan pada tiga kunci tersebut, antara lain kemandirian teknologi, sense of belonging, dan sense of crisis.
“Setelah kami analisa dari banyak kejadian, termasuk di kami sendiri. Seringkali orang berpikir bahwa teknologinya kurang canggih. Padahal teknologi sebenarnya hanyalah pintu masuk bagi serangan. Akar permasalahannya, tiga clue itu,” kata Monang.
Monang mengingatkan bahwa kemandirian teknologi merupakan fondasi utama dalam pertahanan siber nasional. Selama ini, kata dia, institusi di Indonesia masih sangat bergantung pada produk atau sistem buatan luar negeri. Hal ini sebenarnya membuka celah keamanan yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan sendiri.
“Terlalu dependensi dengan produk yang dibikin oleh bukan kita. Jadi kita tidak bisa kontrol penuh terhadap perangkat-perangkat itu,” ujar Monang.
LPS juga menyoroti pentingnya SDM yang bekerja di sistem IT untuk memiliki sense of belonging yang kuat terhadap sistem, data, dan tanggung jawab kelembagaan. Tanpa komitmen yang tinggi dari lini pertahanan siber, maka upaya menjaga keamanan siber hanya menjadi rutinitas administratif yang mudah ditembus oleh serangan.
Kemudian, tim IT di suatu institusi atau organisasi juga penting memiliki sense of crisis, yaitu kesadaran kritis dan kesiapsiagaan tinggi untuk merespons dengan cepat dan tepat saat menghadapi indikasi ancaman siber.
Monang mengingatkan, serangan siber seringkali datang secara tidak terduga, pola yang berubah-ubah, dan dirancang secara sistematis, sehingga tidak bisa ditangani hanya dengan pendekatan standar. LPS sendiri menghadapi berbagai macam serangan siber dan terus memastikan seluruh sistem terproteksi dengan baik.
Ke depan, tantangan keamanan siber di sektor keuangan akan semakin kompleks. Teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), blockchain, dan komputasi kuantum membuka peluang baru, namun juga menciptakan celah keamanan yang belum sepenuhnya dipahami.
Industri keuangan tak bisa lagi menunda pembenahan sistem keamanan siber. Ancaman yang ada bukan sekadar hipotesis, melainkan kenyataan yang sudah dan akan terus terjadi. Meningkatkan investasi pada keamanan siber bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban untuk menjaga stabilitas ekonomi, melindungi nasabah, dan mempertahankan kepercayaan publik.
Keamanan siber harus menjadi prioritas strategis, bukan hanya tanggung jawab departemen teknologi informasi. Para pemimpin industri, regulator, dan seluruh pemangku kepentingan harus bersama-sama memastikan bahwa sistem keuangan kita siap menghadapi tantangan digital masa depan dengan ketahanan, kesiapan, dan kewaspadaan yang tinggi.
Penulis: Ismadi Amrin
Sumber : indonesia.go.id
Fokus
Temuan PPATK Dana Bansos Rp 957 Miliar Disalahgunakan

JAKARTA, Bursabisnis. id – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Abidin Fikri, menyampaikan keprihatinan mendalam atas temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengungkap bahwa sekitar 571.410 Nomor Induk Kependudukan (NIK) penerima bantuan sosial (bansos) terindikasi digunakan untuk aktivitas judi online (judol) sepanjang tahun 2024, dengan total transaksi mencapai Rp 957 miliar.
Lebih mencengangkan, lebih dari 100 NIK di antaranya juga terindikasi terlibat dalam pendanaan terorisme, serta sejumlah NIK terkait tindak pidana korupsi.
Abidin Fikri menegaskan bahwa temuan ini menunjukkan adanya kelemahan serius dalam sistem penyaluran dan pengawasan bansos.
“Bantuan sosial yang seharusnya menjadi jaring pengaman bagi masyarakat rentan justru disalahgunakan untuk aktivitas ilegal seperti judi online, korupsi, hingga pendanaan terorisme. Ini tidak hanya melanggar tujuan bansos, tetapi juga mengkhianati amanah rakyat,” ujarnya sebagaimana dilansir dari laman dpr. go. id.
Dalam keterangannya, Abidin meminta Kementerian Sosial (Kemensos) untuk segera berkoordinasi intensif dengan PPATK, Kepolisian, dan instansi terkait guna melakukan investigasi menyeluruh terhadap data tersebut. Ia menekankan pentingnya validasi data yang akurat agar tidak ada masyarakat miskin yang menjadi korban akibat penyalahgunaan NIK oleh pihak tak bertanggung jawab.
“Kita harus pastikan bahwa sanksi hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar terbukti menyalahgunakan bansos. Jangan sampai masyarakat yang NIK-nya dicatut justru kehilangan hak atas bantuan,” tambahnya.
Abidin juga mendesak pemerintah untuk memperkuat sistem perlindungan data kependudukan dan mereformasi mekanisme penyaluran bansos agar lebih transparan dan tepat sasaran. Ia mengapresiasi langkah Kemensos yang mulai menerapkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2025, namun menilai bahwa implementasinya perlu dipercepat dan diawasi ketat.
“Komisi VII akan terus mengawal isu ini dan memastikan bansos benar-benar sampai kepada yang berhak. Kami juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan literasi digital dan edukasi masyarakat agar tidak mudah terjerumus ke dalam praktik judi online,” tutur Abidin.
Abidin Fikri meminta semua pihak untuk mendukung upaya pemberantasan judi online dan pendanaan terorisme, serta menjaga integritas program bansos sebagai wujud keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Laporan : Ibi
Fokus
KallaToyota Raih Peringkat 1 Penghargaan ParitranaAward Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan

MAKASSAR, Bursabisnis.id – ParitranaAward merupakan penghargaan nasional tahunan yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama BPJS Ketenagakerjaan.
Penghargaan ParitranaAward merupakan bentuk apresiasi tertinggi dari pemerintah kepada badan usaha yang menunjukkan komitmen luar biasa dalam mendukung program jaminan sosial ketenagakerjaan bagi para karyawannya.
KallaToyota dengan bangga mengumumkan pencapaian gemilang meraih Peringkat 1 dalam Penghargaan ParitranaAward tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
Penghargaan prestisius ini diserahkan langsung oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman didampingi Ketua Komisi E DPRD Sulsel, Andi Tenri serta Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Wilayah Sulawesi dan Maluku MinjteWattudi FourPointSheraton Hotel, Makassar.
Nur Asia Yunus selaku HCBP Manager KallaToyota mengungkapkan rasa bangganya. “Pencapaian ini menjadi bukti nyata dedikasi KallaToyota dalam memastikan kesejahteraan dan perlindungan optimal bagi seluruh insan di lingkungan perusahaan,” ujarnya.
Penghargaan ParitranaAward Tahun 2024 juga diberikan kepada sejumlah badan usaha, pelaku usaha kecil, dan pemerintah tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebanyak 12 kabupaten/kota dan 5 perusahaan masuk sebagai kandidat dalam sesi wawancara penjurian. Daerah yang mengikuti seleksi meliputi Makassar, Maros, Parepare, Wajo, Soppeng,Pinrang, Bulukumba, Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Kepulauan Selayar.
“KallaToyota secara konsisten telah menerapkan berbagai program dan kebijakan yang mendukung tercapainyalingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera. Penghargaan ParitranaAward ini memacu ManajemenKallaToyota untuk terusberinovasi dan meningkatkan kualitas perlindungan jaminan sosial bagi karyawan dan masyarakat, sejalan dengan visi perusahaanuntuk menjadi perusahaan otomotif terbaik yang memberikan kemudahan kepada masyarakat dengan salah satunya melalui penerapan sistem jaminan sosial kepada karyawan dan masyarakat sekitar,” pungkas Nur AsiaYunus.
Adapun visi dari KallaToyota yakni menjadi dealerotomotif terbaik dalam memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan yang berkesinambungan, dengan salah satu misi KallaToyota pada program BPJS ini, yakni memberikan kemudahan kepada masyarakat yang didukung dengan sistem yang terintegrasi.
Laporan : Kas
Editor : Tam
-
ENTERTAINMENT6 years ago
Inul Vista Tawarkan Promo Karaoke Hemat Bagi Pelajar dan Mahasiswa
-
Rupa-rupa6 years ago
Dihadiri 4000 Peserta, Esku UHO dan Inklusi Keuangan OJK Sukses Digelar
-
PASAR6 years ago
Jelang HPS 2019, TPID: Harga Kebutuhan Pokok Relatif Stabil
-
Entrepreneur6 years ago
Rumah Kreatif Hj Nirna Sediakan Oleh-oleh Khas Sultra
-
Fokus6 years ago
Tenaga Pendamping BPNT Dinilai Tidak Transparan, Penerima Manfaat Bingung Saldo Nol Rupiah
-
FINANCE6 years ago
OJK Sultra Imbau Entrepreneur Muda Identifikasi Pinjol Ilegal Melalui 2L
-
Fokus4 weeks ago
Usai Harumkan Nama Wakatobi, Pelatih Atlit Peraih Medali Emas Jual Hp Untuk Ongkos Pulang
-
Entrepreneur6 years ago
Mengenal Sosok Pengusaha Syarifuddin Daeng Punna yang Pantang Menyerah Berusaha