opini
Pendidikan Widyalaya Mulai Menggeliat di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara
Keberadaan umat Hindu di Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak pertama kali dimulai Tahun 1968 melalui program transimigrasi pertama di Desa Jati Bali, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan (dulu Kabupaten Kendari), sampai saat ini telah hampir 56 tahun lamanya mendiami Sulawesi Tenggara, sebuah usia yang menurut Kemenkes masuk dalam kategori masa lansia akhir, mendekati hampir usia pensiun dalam perjalanan kehidupan normal manusia pada umumnya.
Saat ini generasi Hindu di Sulawesi Tenggara yang memegang tampuk pimpinan lembaga Keagamaan Hindu adalah generasi ketiga.
Secara umum sebaran umat Hindu di Sulawesi Tenggara hampir merata ada pada 13 Kab./Kota dari 17 Kab. Kota yang ada, tersebar di 60 Kecamatan dan kurang lebih mediami 120 Desa/Kelurahan dan pada tahun 2025 ini berjumlah umat Hindu di Sulawesi Tenggara mencapai kurang lebih 54.000-an lebih.
Dengan lamanya telah menempati Sulawesi Tenggara, dan menjadi masyarakat Sulawesi Tenggara, harus jujur diakui bahwa umat Hindu juga telah berkontribusi dalam pembangunan daerah pada bidangnya masing-masing.
Tidak dipungkiri masyarakat Hindu di Sulawesi Tenggara kebanyakan bergerak pada sektor pertanian, baik lahan basah sebagai petani sawah dan sebagian juga bergerak pada lahan kering menjadi petani kelapa sawit, terutama Masyarakat Hindu pada wilayah Konawe Utara dan beberapa wilayah di Kabupaten Konawe Selatan.
Dengan kondisi kehidupan secara umum yang semakin baik, semakin sejahtera, masyarakat Hindu mulai memahami pentingnya pendidikan terlebih Pendidikan keagamaan Hindu.
Adanya regulasi pemerintah sepuluh tahun silam dengan terbitnya PMA 56 Tahun 2014 dan telah diubah melalui PMA No 10 Tahun 2020 tentang Pendidikan Keagamaan Hindu membuka celah sekaligus ruang untuk berdirinya pendidikan keagamaan Hindu yang bernama widya pasraman atau sekolah formal keagamaan Hindu, baik pada jenjang Pratama Widya sampai pada Maha Widya Pasraman.
Adanya PMA tersebut Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI melalui Direktur Pendidikan Hindu dan juga Bimas Hindu pada Kantor Wilayah Kemenag Sultra senantiasa mensosialisasikan, sekaligus mendorong umat Hindu pada kantong-kantong umat Hindu untuk menyambut regulasi tersebut dengan mendirikan Pendidikan Keagamaan Hindu Formal.
Hasilnya, pada tahun 2015 di Kabupaten Kolaka Timur dirikan Pratama Widya Pasraman Dwitana Saraswati, dengan izin operasional Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan Nomor 132 tahun 2015 tentang Persetujuan Izin Operasional Pratama Widya Pasraman (PAUD/TK) Dwitawana Saraswati tanggal 12 Juni 2015. Sembari Pasraman melengkapi administrasinya, Pasraman Dwitawana juga telah mendaftar di Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI dengan jumlah siswa pertama kali dibuka adalah 31 Orang, selanjutnya pada tahun 2016 terbit SK Dirjen Bimas Hindu, Nomor 90 Tahun 2016 tanggal 30 Mei 2016 tentang Izin Pendirian dan Operasional Pratama Widya Pasraman Dwitawana Saraswati, Desa Mataiwoi, Kec. Loea, Kab. Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan keluarnya izin pendirian dan operasional Pasraman ini, maka resmilah Sulawesi Tenggara memiliki satu Pasraman Formal.
Karena ketentuan satuan Pendidikan formal swasta harus dinaungi oleh Yayasan maka, selanjutnya di Kabupaten Kolaka Timur ini dibentuk Yayasan yang bernama, Yayasan Pasraman Dwitawana Saraswati, yang di Ketuai oleh Wayan Karyata, S.Ag yang beralamat di Jalan Blok G, Kecamatan Loea, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara. Pendirian Yayasan Prasraman Dwitawana Saraswati ini secara bersamaan di Kota Kendari juga dibentuk Yayasan Ganapati Jaya Kendari yang diinisiasi oleh Pengurus PHDI Sultra sebagai realisasi program kerja PHDI Sultra masa bakti 2016-2021. Yayasan Ganapati Jaya Kendari yang telah dibentuk inilah yang menanungi Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Bhatara Guru Kendari.
Selanjutnya melalui Yayasan Pasraman Dwitawana Saraswati pada tahun 2016 dilakukan persiapan untuk pendirian Pasraman Formal tingkat SD, maka dibentuklah Adi Widyalaya Dwitawana Saraswati dengan terbitnya ijin SK Dirjen Bimas Hindu Nomor 167 Tahun 2017 tertanggal 13 September 2017 sehari sesudahnya juga terbit Ijin Operasional STAH Bhatara Guru Kendari, melalui SK Dirjen Bimas Hindu, Nomor 171 Tahun 2017 Tanggal 14 September 2017, di tahun 2018 terbit ijin Operasional Pratama Widyalaya Dharma Kerti yang beralamat di Desa Putemata, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara dan untuk setingkat SMP selanjutnya pada tahun 2020 terbit ijin operasional Madyama Widya Pasraman Dharma Kerti yang juga beralamat juga di Desa Putemata, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur dan Pratama Widyalaya Dharma Kerti. Astungkara, berdirinya sekolah Pasraman Formal di Kolaka Timur, disusul oleh beberapa Kabupaten lainnya di Sulawesi Tenggara.
Keberadaan Widya Pasraman atau pasraman formal dengan regulasi pada PMA Nomor 10 tahun 2020 dirasa belum kuat mengatur standar pendidikannya, maka atas usaha dan upaya serta kerja keras para tokoh dan pemerintah melalui Ditjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI maka terbitlah Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Pendidikan Widyalaya. Widyalaya adalah satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, berciri khas keagamaan Hindu dan menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Hindu.
Pendidikan Widyalaya ini seperti Madrasah bagi umat Hindu, mencakup jenjang dari TK hingga SMA. Dengan terbitnya Peraturan Mentri Agama No 2 Tahun 2024, maka dilakukan penyesuaian terhadap satuan Pendidikan Widya Pasraman yang telah beroperasional, yang salah satunya dilakukan dengan melakukan penyesuaian nama yang sebelumnya bernama Pasraman menjadi Widyalaya.
Peralihan Widya Pasraman menjadi Widyalaya adalah sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan Hindu di Indonesia dan merupakan sejarah yang menandai perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Hindu di Indonesia.
Perubahan ini bertujuan membawa pendidikan Hindu menuju arah yang lebih terstruktur dan menyeluruh, dengan menyediakan kurikulum komprehensif yang mencakup aspek spiritual, agama, dan pendidikan akademik sesuai standar nasional dan internasional.
Sampai saat ini Tahun 2025 Satudan Pendidikan Widyalaya yang telah beroperasional di Sulawesi Tenggara, tersebar pada tiga Kabupaten, yaitu Kolaka Timur, Konawe dan Konawe Selatan yang berjumlah 14 Widyalaya, yaitu satu pada jenjang Madyama Widyalaya setara SMP berjumlah 1 (satu) Widyalaya yang bernama Madyama Widyalaya Dharma Kertih, yang beralamat di Desa Putemata, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur, 3 (tiga) Widyalaya pada jenjang Adi Widya atau Sekolah Dasar yaitu;
1) Adi Widyalaya Dwitawana Saraswati, Kolaka Timur;
2) Adi Widyalaya Cendikiawan Saraswati, Mowila Konawe Selatan, dan;
3) yang terakhir mendapatkan ijin operasional pada tahun 2024 adalah Adi Widyalaya Wanasari, Desa Andoolu Utama, Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan.
Pada jenjang Pratama Widyalaya atau setara PAUD berjumlah 10 Widyalaya tersebar pada tiga wilayah yaitu Konawe Selatan, Konawe dan Kolaka Timur yang meliputi;
1) Pratama Widyalaya Dharma Kerti, Kolaka Timur;
2) Pratama Widyalaya Dwitawana Saraswati, Kabupaten Kolaka Timur;
3) Pratama Widyalaya Dharma Santi Konawe Selatan, di Desa Lapoa Indah;
4) Pratama Widyalaya Widyananda, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Lalembuu, Konawe Selatan;
5) Pratama Widyalaya Bhuana Sastra, Desa Lalosingi, Kecamatan Mowila, Kab. Konawe Selatan;
6) Pratama Widyalaya Kusuma Dharma Kumara Konawe Selatan;
7) Pratama Widyalaya Dharma Widya Konawe Selatan;
8) Pratama Widyalaya Wanasari Konawe Selatan;
9) Pratama Widyalaya Widya Candra, Konawe dan;
10) Pratama Widyalaya Dharma Kertih, Desa Kasaeda, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe.
Berdasarkan data yang ada dari 14 (empat belas) satuan pendidikan Widyalaya yang ada 6 diantaranya sudah terakreditasi, yang lainnya sementara proses persiapan dan pengusulan.
Persoalan yang dihadapi pada satuan Pendidikan Widyalaya selama ini di Sulawesi Tenggara dan juga mungkin pada umumnya di Indonesia sangat kompleks dan hampir sama, salah satunya berkaitan dengan standar pembiayaan yang selama ini semua hanya bergantung dan bersandar pada bantuan pemerintah melalui Kementrian Agama, baik pada Ditjen Bimas Hindu maupun pada Bimas Hindu pada Kanwil Kemenag di Provinsi dan Kemenag Kab/Kota.
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat dirasakan masih sangat rendah dan belum mampu membiayai operasional Widyalaya dengan optimal, keberadaan Widyalaya yang baru tumbuh dan seumur jagung, harus terus terpelihara semangatnya dan diharapkan dapat terus berkembang dan semakin berkualitas sekaligus bermutu. Geliat yang ada saat ini kita lihat pada Widyalaya yang ada di Sulawesi Tenggara semua karena adanya semangat yang tinggi dari beberapa tokoh di wilayah tersebut, yang terus memberikan dukungan dan semangat dan sedikit mengharuskan untuk “tuli” atas berbagai rasa pesimis segelintir Masyarakat akan keberadaan widyalaya.
Hal yang tidak kalah penting adalah semangat para pengelolanya, baik kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainya, hanya dengan bermodalkan “semangat ngayah”/karma yoga, kesabaran dan ketekunan dan adanya secerah harapan untuk menjadi Sekolah Negeri dengan pembiayaan sepenuhnya dari pemerintah untuk perbaikan kualitas Pendidikan dan juga kesejahteraan para guru dan tenaga kependidikan adalah yang juga sangat dinantikan.
Dengan demikian berdasarkan hal tersebut di atas sampai saat ini Pendidikan keagamaan Hindu yang bernama Widyalaya di bumi Anoa, Provinsi Sulawesi Tenggara telah berjumlah 15 satuan Pendidikan, mulai dari Pendidikan Tinggi sampai pada satuan Pendidikan paling rendah yaitu Pratama Widyalaya, dan berharap beberapa wilayah lainnya yang memiliki potensi umat yang banyak juga akan segera menyusul mendirikan Satuan Pendidikan Widyalaya, seperti Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, Kota Bau-Bau, Kabupaten Muna Barat. Sangat optimis dan nampak bahwa semakin tahun Widyalaya yang ada saat ini semakin bergeliat, mengalami kemajuan, mulai dari berdiri dengan kokohnya bangunan gedung, representatifnya ruang-ruang kelas, tersedianya sarana prasarana pembelajaran yang mulai memadai sampai nantinya pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan.
Bimbingan Masyarakat Hindu khususnya pada Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara, berharap semua fihak bahu-membahu dan memberikan dukungan terhadap keberadaan Widyalaya yang telah beroperasional serta terus mendorong widyalaya untuk pengelola melakukan perbaikan-perbaikan, melakukan inovasi dan memberikan pendidikan yang berdampak sehingga kepercayaan masyarakat terhadap satuan Pendidikan Widyalaya semakin kuat, Widyalaya nantinya diharapkan dapat menjadi pilihan pertama untuk mendidik putra dan putri mereka, dapat memberikan layananan Pendidikan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, sehingga dapat terbentuknya karakter daiwi sampad, sradha dan bhakti dan nantinya terbentuk inzan yang sadhu gunawan.
Penulis: Nang Bagia (Kadek Yogiarta)
Penelaah Teknis Kebijakan Pada Bimas Hindu Kanwil Kemenag Sultra.
opini
97 Tahun, Refleksi dan Makna Sumpah Pemuda Generasi Kekinian
MOMEN sumpah pemuda bagi generasi kekinian adalah sesuatu yanga sangat berharga, istimewa dan sangat berkesan di mana dalam perjalanan pemuda pemudi bangsa ini telah banyak mencetak sejarah, dedikasi, kontribusi dan semangat kebangsaan yang menjadi tonggak perubahan bagi tatanan perubahan bangsa dan negara ini.
Hal tersebut, bukan tanpa sebab terjadi tetapi ada adalah banyak latar belakang yang menyebabkan pemuda berkumpul dan bersatu mendeklarasikan konsensus berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu dengan melepaskan embel-embel dan ego primordial di Tahun 28 Oktober 1928.
Dengan perjalanan sumpah pemuda yang ke 97 Tahun ini tentu bukan hanya sebagai sejarah, tetapi harus menjadi tonggak dan babak baru untuk generasi kekinian untuk lebih menyadari betapa pentingnya peran, fungsi dan esensi bagi pemuda yang ingin menegaskan lagi tentang pelopor perubahan. Meski demikian tak sedikit juga masalah kompleks yang di hadapi pemuda saat ini.
Tetapi di pundak pemuda bangsa dan daerah ini dititipkan, sebab merekalah estafet kepemimpinan yang akan memperbaiki tatanan sosial, ekonomi, politik dan budaya ke depan sebab sejarah telah mencatat itu
Namun kita tak bisa terus larut dalam romantisme sejarah dan hanya menikmati perjuangan pemuda terdahulu, setiap zaman selalu punya tantangan sehingga pemuda mesti menyesuaikan dengan tren dan berselancar dalam perkembangan global yang serba cepat.
Kesehatan mental pemuda menghadapi tekanan sosial, perubahan gaya hidup, dan kecenderungan pada pola interaksi digital yang intens, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres tentang masa depan apa lagi.
Sistem pendidikan formal seringkali tidak relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga pemuda kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka.
Serta ekonomi pemuda menghadapi tantangan tersendiri seperti pengangguran, kesulitan mendapatkan pekerjaan yang stabil, dan harga properti yang terus naik.
Kreativitas dan Inovasi Pemuda
Pemuda harus beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat, seperti literasi digital, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi, agar tetap kompetitif di pasar kerja. Dengan demikian, kita bisa terus mendorong dan menciptakan bibit-bibit generasi pemimpin.
Tak hanya itu, untuk mengatasi tantangan ini, pemuda perlu mempersiapkan diri dengan bekal pendidikan, keterampilan, dan mental yang tangguh, serta berperan aktif dalam berbagai sektor kehidupan. Sehingga ketika diperhadapkan dengan problem dan masalah, pemuda bisa menjadi instrumen dan problem solving dalam proses penyelesaian masalah.
Pelopor Pemuda
Atas berbagai persoalan, kita tetap optimis dengan menyerukan generasi muda untuk menggelorakan semangat perjuangan dan kesadaran menghadapi tantangan bangsa.
Peringatan Hari Lahir Sumpah Pemuda harus menjadi momentum untuk membangun semangat nasionalisme dan menyuarakan solusi atas permasalahan masyarakat kepada pemerintah.
Ia menyoroti kompleksitas masalah di Sulawesi Tenggara, seperti penggusuran lahan, dampak negatif pertambangan, infrastruktur dasar yang terbengkalai, serta jaminan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Ini tidak bisa dianggap remeh. Semangat pemuda sebagai pelopor harus terus dikobarkan, khususnya persatuan dan keadilan sosial.
Apa lagi banyak generasi muda mengalami krisis mentalitas dan moralitas. Momentum inilah harus jadi titik balik untuk memperbaiki tatanan lama menuju tatanan baru.
Ia menegaskan pentingnya generasi muda sebagai pilar pembangunan nasional, yang harus peka terhadap permasalahan masyarakat dan tidak terjebak pada kepentingan sesaat. Generasi muda harus menjadi penggerak dan pengawal pembangunan, sekaligus menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan dan tren zaman.
Ia juga mengajak pemuda membangun sikap persatuan dan toleransi melalui organisasi dan jejaring sosial, serta mendedikasikan diri untuk menyelesaikan persoalan masyarakat. Generasi muda adalah ujung tombak menjaga kepribadian bangsa.
Terakhir dengan menekankan pentingnya belajar dari sejarah. “Masa lalu dan kini adalah modal membentuk masa depan. Kita harus menjadi pembuat sejarah, bukan sekadar penikmatnya.
Penulis : Rasmin Jaya
Ketua DPC GMNI Kendari 2023 – 2025
opini
Lemahnya Pengawasan Elit Politik dan Tikungan Tajam Pemerintah
PARTAI POLITIK merupakan salah satu unit terpenting dalam proses demokrasi, dimana partai politik menghubungkan serta melibatkan langsung rakyat dalam proses aktifitas politiknya.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir dan berkembang menjadi penghubung penting antara rakyat dan pemerintahan.
Peran Partai Politik
Peran partai politik sangat vital dan strategis dalam negara demokrasi serta menjadi salah satu pilar. Tentu fungsi dan peran partai politik oleh elit tak bisa diabaikan, apa lagi di kesampingkan.
Partai politik sebagai sarana komunikasi politik, fungsi ini terkait dengan peranan partai politik sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah.
Dalam hal ini partai politik mampu untuk melakukan komunikasi vertikal dan horizontal.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara warga, antara kelompok dan antar partai politik dengan pemerintah.
Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik, partai politik juga memainkan peranan sebagai instrumen sosialisasi politik.
Dengan sosialisasi politik seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena-fenomena politik yang umumnya berlaku pada masyarakat dimana ia berada.
Mandulnya Elit Politik Kita
Mandulnya elit politik kita menjadikan partai politik tidak berjalan sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Fungsi partai politik yang seyogyanya sebagai instrumen aspirasi rakyat, tetapi sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di tengah persoalan dan ketimpangan sosial masyarakat.
Faktanya mereka hanya sibuk dengan dinamika perebutan kursi kekuasaan dan mencari jabatan di banding memperjuangkan kepentingan rakyat.
Banyak ketimpangan sosial, dinamika pertambangan, penyerobotan lahan dan masih banyak lagi, namun tak kunjung ada reaksi dari elit politik yang diberikan amanah untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Disinilah sekian dari banyaknya munculnya krisis legitimasi dan hilangnya kepercayaan kepada wakil rakyat kita.
Program-program yang ditawarkan kepada masyarakat pada saat menjelang sosialisasi dan kampanye, hanyalah sebagai pemanis untuk menarik simpati dan meraup suara pada saat pemilihan sehingga tidak ada pembangunan berkelanjutan, untuk kepentingan masyarakat setelah terpilih, yang ada hanyalah kepentingan golongan dan partai politik itu sendiri. Masyarakat hanya menjadi korban dari kepentingan yang sibuk dengan jabatan, harta dan tahta.
Hal ini nampak terjadi dan di pertontonkan elit-elit politik lokal kita, di mana terlihat sibuk mencitrakan diri mereka di media tanpa berkontribusi banyak untuk kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian para elit politik ini tidak hanya kurang berperan dalam pembangunan masyarakat, melainkan juga gagal menjadikan tanggung jawab dan amanah yang telah diberikan oleh rakyat, sebagai instrumen utama pembangunan daerah, khususnya mereka yang duduk di kursi empuk legislatif.
Faktanya bahwa stabilitas politik di Sulawesi Tenggara banyak di pengaruhi oleh kepentingan segelintir orang, apalagi mereka yang dekat dengan kekuasaan.
Harusnya peran elit di daerah menjadikan partai politik sebagai wahana dan instrumen pendidikan politik masyarakat dan alat memperjuangkan aspirasi rakyat yang kurang bersuara untuk pembangunan daerah, dan sebagai upaya mendorong sektor perputaran ekonomi agar keberadaan mereka itu dekat dan ada untuk masyarakat.
Namun kurangnya kesadaran, partisipasi dan pemahaman masyarakat tentang politik, sehingga mereka dengan mudah dijanji dan diiming-iming sebuah perubahan yang lebih baik, bagaikan mimpi di siang bolong, faktanya elit politik menjadikan partai politik sebagai tangga mencapai tujuan-tujuan yang pragmatis.
Tampaknya kerja elit politik di daerah adalah membesarkan partai dan bukan memperjuangkan pembangunan dan ekonomi daerah.
Olehnya itu, dengan kondisi tersebut perlu adanya pembaharuan elit politik dalam politik lokal, sebab pejabat publik dan elit politik itu sendiri telah mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat.
Jika persoalan ini terus berlarut-larut, maka proses demokratisasi akan terhambat, perlu disadari juga bahwa salah satu elemen demokrasi adalah partai politik, elit politik dan masyarakat itu sendiri.
Bukan menjadi rahasia umum lagi dalam sistem pemerintahan, biasanya kepentingan organisasi politik disingkirkan berganti menjadi kepentingan orang perorang, sehingga pejabat-pejabat daerah, baik atasan maupun bawahan terkadang saling siku, hanya untuk mendapatkan kue kekuasaan.
Inilah yang dilakukan elit politik daerah, kita di atas jeritan dan persoalan rakyat yang mencekam. Yang tidak berkemampuan untuk mendapatkan keuntungan dalam struktur pemerintahan,
Mengapa? karena setiap orang berusaha dan berebut posisi untuk mendapatkan peluang dan terkadang harus menggadaikan pikiran dengan ongkos untuk duduk di kursi empuk pemerintahan. Sungguh sangat bengis dan miris melacuri diri mereka dengan harta dan tahta.
Persaingan pula menjadi sangat ketat, yang memiliki modal dan pengaruh besar dekat dengan pejabat akan mendapatkan posisi strategis. Tetapi jika yang modalnya kecil dan tidak kuat dalam sistem loby akan mendapatkan posisi non strategis, bahkan akan disingkirkan dalam kompetisi memperebutkan jabatan. Hukum tawar menawar jabatan seperti ini sangat lekat dalam sistem pemerintahan kita.
Ketimpangan Sosial Yang Terjadi
Jika hal ini terus dibiarkan dan turun temurun, maka akan terjadi demoralisasi dalam sistem demokrasi lokal kita, bahkan akan terjadi krisis politik. Karenanya, antara elit politik yang duduk di legislatif dan eksekutif akan melakukan kompromi untuk terhindar dari jeratan masalah bahkan juga akan saling menuding dan saling melempar bola atas masalah rakyat yang sedang dihadapi, misalnya menyoal pertumbuhan ekonomi, KKN, infrastruktur dan pembangunan daerah itu sendiri.
Proses perjalanan politik dan demokrasi sebagaimana yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa sedang terjadi krisis dan kelambatan pertumbuhan politik, sehingga hal tersebut rentan terjadi monopoli politik dan daerah otonomi baru yang seharusnya sebagai percepatan pertumbuhan di segala sektor, kini harus pupus harapan dan cita-cita masyarakat.
Monopoli politik akan terus turun-temurun jika sistem yang berlaku masih tetap sama, sehingga potensi-potensi yang di miliki oleh masyarakat tidak di perhatikan dan diabaikan.
Berangkat dari sinilah penderitaan dan kekecewaan politik akan mulai tumbuh, hal ini akan berdampak pada pembangkangan rakyat.
Kekecewaan ini akan terus tumbuh dan berkembang hingga pada potensi ledakan kemarahan, akibat buruknya tujuan demokrasi dari pada masa depan rakyat itu sendiri, protes sosial yang posisinya berhadap-hadapan dengan para pemangku kebijakan dan elit politik akan menambah krisis politik dan demokrasi.
Bahkan berdampak dengan kondisi ekonomi akibat kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat.
Sudah seharusnya ke depan masyarakat mengambil sikap dan jalan alternatif dalam memilih pemimpin yang bijaksana dan amanah dalam rangka mewujudkan nawacita, dan harapan masyarakat yang mengendap sehingga diperlukan program pencapaian yang lebih besar. Sehingga masyarakat dapat tercerahkan, tersadar untuk menemukan kembali tawa yang telah lama hilang.
Rakyat yang tidak tahu-menahu akan selalu menjadi korban dan sasaran tembak para penguasa di daerah kita dalam memutuskan sebuah kebijakan. Sikap pragmatisme yang menggerogoti politisi seakan sudah membudaya dalam lingkaran kekuasaan itu sendiri.
Kita butuh alternatif baru, partai politik yang berani dan wakil rakyat yang betul-betul memahami kondisi masyarakat.
Elit Politik Sulawesi Tenggara
Ia berharap, elit politik Sulawesi Tenggara bisa bertanggung jawab dan bisa menjadi perpanjangan tangan dari aspirasi masyarakat.
Menurutnya, ini adalah babak baru untuk menjalankan kepercayaan rakyat dan rasa tanggung jawab dalam mengawal setiap aspirasi masyarakat.
Kami pemuda menginginkan wakil rakyat bisa betul-betul menjalankan fungsinya dengan baik sesuai dengan regulasi yang berlaku, fungsi pengawasan, fungsi penganggaran dan fungsi legislasi.
Ia menilai kebijakan dan program pemerintah selama ini banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak menyentuh kepentingan rakyat.
Sehingga sangat dibutuhkan wakil rakyat yang tegas, dan melakukan pengawasan kepada eksekutif agar betul-betul produk kebijakan yang dihasilkan bisa mengakomodir seluruh elemen masyarakat di masing-masing dapilnya.
Kita juga menginginkan elit politik Sulawesi Tenggara bisa mewujudkan apa yang menjadi janjinya pada saat melakukan kampanye.
Sebab moment pelantikan adalah sebelumnya momen yang sangat sakral. Sehingga setiap janji dan sumpah yang diucapkan harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan ke depan.
Tidak hanya sekedar dilantik, dikukuhkan dan menerima gaji lalu selesai. Artinya pelantikan bukan seremonial saja, akan tetapi banyak memikul tanggung jawab dan harapan dari masyarakat yang berada di pundaknya.
Kita menitipkan pesan, agar wakil rakyat bisa memperjuangkan potensi berbagai sektor, apalagi Sulawesi Tenggara adalah daerah yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah, dan bisa mendorong pembangunan, perekonomian masyarakat, bisa lebih berkembang, maju dan berdaya siang.
Saya kira itu, menjadi PR untuk mereka para wakil rakyat. Kita percaya, mereka adalah wakil-wakil rakyat yang berkualitas, berkompeten, mampu membaca kebutuhan masyarakat serta mampu menjadi garda terdepan untuk rakyat jika kebijakan pemerintah tidak tepat sasaran.
Ia meyakini bahwa lembaga legislatif adalah lembaga yang terhormat. Sehingga harus di manfaatkan secara maksimal sebagai mitra pemerintah guna melakukan check and balance serta mahasiswa juga berperan penting sebagai mitra kritis dan strategis dalam merekomendasikan setiap gagasan dan program yang berdampak pada rakyat.
Saya meyakini politik adalah panggilan nurani dan sebagai jalan pengabdian kepada masyarakat, sehingga ini harus betul-betul menjadi prioritas dan hal yang utama bagi anggota legislatif yang telah di amankan oleh rakyat.
Kami juga masyarakat akan tetap menjalankan pengawasan kepada kinerja elit politik Sulawesi Tenggara yang baru terlantik, agar tidak seperti beberapa fenomena elit politik yang dicopot, akibat salah menyalahgunakan wewenang dan fungsinya sebagai representasi rakyat.
Penulis : Rasmin Jaya
Ketua DPC GMNI Kendari, Pemuda Sulawesi Tenggara
opini
Menunggu Antrean, Refleksi Atas Kabar Duka Yang Datang
DALAM dua hari terakhir, dua kabar duka datang berturut-turut melalui grup Banjar Kota Kendari dan WhatsApp alumni. Seorang kawan, anggota Polri berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP), yang cukup saya kenal diinformasikan telah meninggal dunia. Seorang kawan satunya lagi seangkatan di bangku kuliah, juga di informasikan meninggal tanpa kabar sakit sebelumnya.
Saya kaget, mengapa begitu cepat, padahal usia mereka masih muda? Tentang kawan lama semasa kuliah, dua minggu sebelumnya saya sempat berniat meminta nomor kontaknya dari teman lain.
Ada keinginan untuk berkomunikasi, bertukar kabar dan mau sekedar bertanya tentang spiritual yang dulu ia tekuni dengan penuh kesungguhan.
Saya bahkan sempat mendengar kabar bahwa kehidupannya semakin membaik. Sayang, niat itu belum sempat saya wujudkan dan kini dia sudah tiada.
Kedua kabar duka ini sungguh mengejutkan. Kawan yang polisi memang sebelumnya disebut sakit mendadak, tetapi tidak ada yang menduga bahwa ajalnya begitu cepat tiba.
Sementara kawan lama saya berpulang tanpa kabar apa pun, bahkan saya cek di media sosialnya juga tidak ada informasi apa-apa.
Hanya sebuah informasi di grup Whatsap Alumni dengan informasi singkat disertai foto dan ucapan, semoga Amor ing acintya. Sebagai kawan jauh yang mengenalnya di masa lalu, dan juga kawan Polisi ini saya hanya bisa mendoakan agar dapat bersatu Hyang Widhi Wasa sebagaimana keyakinan Hindu, dan keluarga yang ditinggalkan diberi keikhlasan serta ketabahan.
Namun di balik dua peristiwa itu, muncul renungan yang tidak sederhana. Seiring bertambah usia, satu per satu kawan mulai dipanggil menghadap Sang Pencipta. Hidup terasa seperti antrean panjang kita semua menunggu giliran. Entah kapan nama kita disebut, tetapi kepastian akan datangnya panggilan itu tak bisa dielakkan.
Renungan Usia
Kabar duka itu membuat saya kembali sadar bahwa usia tidak lagi muda. Perasaan ini begitu nyata, seperti tamparan lembut yang menyadarkan betapa cepat waktu berjalan. Banyak hal yang semestinya bisa dilakukan belum juga terlaksana. Dalam hati kecil saya bergumam, ternyata saya semakin tua.dan baru benar-benar menyadarinya.
Kesadaran ini bukan semata perkara bertambahnya angka umur. Lebih dari itu, ia menimbulkan pertanyaan mendasar apa yang sudah dilakukan? Apakah sudah cukup memberi makna? Apakah sudah cukup menggunakan waktu untuk hal-hal penting? Atau justru banyak yang tertunda karena kita terlalu sering menunggu “nanti saja”?
Hidup yang Menunda
Pengalaman ini menyingkap kelemahan yang umum terjadi dengan kebiasaan menunda. Betapa sering kita berkata, “Ah Nanti saja” Atau nanti saya hubungi,” “Besok saya sampaikan,” atau “Suatu saat kita bertemu lagi.” Padahal, tidak ada jaminan bahwa “nanti” benar-benar ada lagi.
Kepergian dua kawan ini menjadi bukti betapa tipis jarak antara rencana dan kenyataan. Kesempatan untuk menyapa, berkomunikasi, atau sekadar mengucapkan terima kasih adalah hal sederhana yang sesungguhnya bermakna. Namun karena merasa masih ada waktu, kita kerap menunda. Hingga akhirnya, ketika kesempatan itu hilang selamanya, yang tersisa hanyalah penyesalan.
Antrean yang Pasti
Metafora “menunggu antrean” mungkin terdengar suram, tetapi sesungguhnya mengandung kebenaran tak terbantahkan. Kehidupan adalah antrean panjang menuju pintu akhir. Tidak ada yang bisa mendahului atau menunda sesuai kehendaknya. Setiap orang akan dipanggil sesuai waktunya.
Kesadaran ini justru bisa menuntun kita untuk lebih bijak memaknai hidup. Jika kematian adalah kepastian, maka yang paling penting bukanlah mencari cara untuk menghindarinya, melainkan bagaimana mengisi sisa waktu menunggu dengan sesuatu yang berarti. Bukan dengan penyesalan, melainkan dengan kebaikan nyata.
Mengisi Waktu yang Ada
Momen duka ini memberi pelajaran berharga beranilah menghubungi kawan lama, menyapa mereka yang sudah lama tak ditemui, serta menuntaskan hal-hal yang selama ini hanya menjadi niat. Kita tidak tahu apakah kesempatan berikutnya akan datang.
Lebih dari itu, hidup perlu diisi dengan nilai spiritual, kemanusiaan, dan kebersamaan. Bagi sebagian orang, ini berarti lebih rajin beribadah. Bagi yang lain, lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga, atau bekerja dengan penuh integritas. Intinya, setiap orang punya kesempatan untuk mengisi antrean hidupnya dengan sesuatu yang memberi makna, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Doa dan Kesadaran
Untuk kedua kawan yang telah mendahului, doa terbaik saya panjatkan. Semoga Amor ing acintya, bersatu dengan Hyang Widhi Wasa. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan kekuatan, keiklasan dan ketabahan.
Bagi saya pribadi dan untuk.kita semua, bahwa kabar duka ini adalah alarm pengingat. Kita semua sedang berada dalam antrean yang sama. Tidak ada yang tahu kapan giliran itu tiba. Tetapi selama masih ada waktu, kita bisa memilih bagaimana mengisinya dengan menunda atau menuntaskan, dengan sesal atau dengan tindakan sederhana yang bermakna. Hidup ini singkat, tetapi cukup panjang untuk memberi arti. Maka dari itu, jangan tunda lagi hal-hal yang seharusnya kita lakukan hari ini.(*)
Penulis : Kadek Yogiarta
Pemerhati Sosial Publik
Tinggal di Kota Kendari.
-
ENTERTAINMENT6 years agoInul Vista Tawarkan Promo Karaoke Hemat Bagi Pelajar dan Mahasiswa
-
Rupa-rupa6 years agoDihadiri 4000 Peserta, Esku UHO dan Inklusi Keuangan OJK Sukses Digelar
-
PASAR6 years agoJelang HPS 2019, TPID: Harga Kebutuhan Pokok Relatif Stabil
-
Entrepreneur6 years agoRumah Kreatif Hj Nirna Sediakan Oleh-oleh Khas Sultra
-
Fokus6 years agoTenaga Pendamping BPNT Dinilai Tidak Transparan, Penerima Manfaat Bingung Saldo Nol Rupiah
-
FINANCE6 years agoOJK Sultra Imbau Entrepreneur Muda Identifikasi Pinjol Ilegal Melalui 2L
-
Fokus5 months agoUsai Harumkan Nama Wakatobi, Pelatih Atlit Peraih Medali Emas Jual Hp Untuk Ongkos Pulang
-
Entrepreneur6 years agoMengenal Sosok Pengusaha Syarifuddin Daeng Punna yang Pantang Menyerah Berusaha
