Connect with us

opini

Bola Basket Bombana, Siapa Peduli?

Published

on

Bupati Bombana Ir Burhanuddin membuka event Basketball Cup Bupati. -foto:ist-

ADA turnamen Bola Basket di SOR Bombana. Eventnya diberi nama Basketball Bupati Cup. Temanya “100 Day Celebation”. Hampir tiap hari saya datang, menonton dan mendukung tentunya.

Hadir pertama saat ikut opening ceremony pada 20 Mei 2025. Di hari itu ada dua moment penting, yaitu Hari Kebangkitan Nasional dan genap 60 tahun usia Bupati Bombana Ir H Burhanuddin M.Si.

Seremoni pembukaannya cukup ramai. Apalagi dibuka Pak Bupati, dihadiri Ketua DPRD Bombana dan Wakil Bupati. Masing-masing bersama istri. Juga Kapolres dan Dandim 1431 Bombana serta sebagian besar pimpinan OPD.

Jarang-jarang ada event olahraga dihadiri lengkap pucuk pimpinan daerah seperti ini. Ada tarian kreasi oleh gadis-gadis belia pula. Ada letupan mercon dari tangan penari. Bunyinya menyemburkan puing-puing kertas berwarna.

Overall, tariannya rancak meski iramanya tidak beats. Gerakannya memberi semangat, bisa dibilang sebagai pengganti cheersleaders. Tidak sama fungsi tapi cukup menjadi penggembira.

Pidato Bupati menarik perhatian saya. Dia menyentak sambil guyon. Tepuk tangan berkali-kali menggema. Ada komitmen bertekad melahirkan atlet handal Bombana untuk regional dan nasional.

Anak-anak muda, menurutnya, adalah cikal bakal pemimpin. Karena itu karakter kesatria dan jiwa sportivitas dapat dibentuk melalui kompetisi olahraga, termasuk bola basket yang memang berkarakter anak muda ini.

Bupati juga akan sekuat tenaga menyiapkan Pekan OlahRaga Provinsi, disingkat PORProv, tahun depan. Apapun keadaan kita, ujar Burhanuddin, Bombana harus menjadi tuan rumah yang baik dengan prestasi yang terbaik.

Tak lupa bupati menyampaikan terima kasih kepada panitia yang semua anak muda. Panitia yang diketuai Sulfan Sultani Burhanuddin ini hanya beberapa hari bekerja namun sampai hari H nya beres semua.

Karena itu bupati menyatakan apresiasinya yang tinggi dan meminta masyarakat Bombana terus mendorong dan memacu semangat anak-anak muda ini.

Memang tidak mudah menggelar event seperti ini. Apalagi mendatangkan tim-tim dari kabupaten lain. Karenanya ke depan supporting stakeholder, termasuk pengusaha, untuk even seperti ini sangat diharapkan.

Tema Basketball Bupati Cup 2025 ini juga menarik. Bahwa event ini digelar di ujung 100 hari kerja pemerintahan Burhanuddin-Ahmad Yani. Pesannya: komunitas bola basket Bombana berkomitmen menjadi bagian integral pembangunan daerah.

Pada 22 Mei atau hari ketiga turnamen saya juga datang. Ada beberapa pertandingan hari itu. Saya menyaksikan dua laga. Kategori umum putra dan kategori umum putri.

Mata kembali tertuju ke tema. Bagi saya, “100 Day Celebration” bukan sekadar tema sebuah event bola basket, apalagi mencocok-cocokkan waktunya 100 hari kerja Bupati dan wakil bupati Bombana. Bukan itu. Yang saya tangkap adalah, ini event untuk mendorong olahraga bola basket menjadi olahraga favorit di Bombona.

Sebab, olahraga bola basket seperti lesu darah di daerah ini. Bayangkan, lebih 10 tahun baru empat kali ada turnamen seperti ini. Pertama saat Hj Mashura Ila Ladamai sebagai Wakil Bupati Bombana menggelar Gubernur Cup. Kebetulan Hj Mashura waktu itu Ketua Perbasi Sultra.

Event kedua saat Bombana dipimpin Sitti Saleha sebagai Pj Bupati tahun 2017. Turnamennya bernama Bombana Cup, namun bukan piala bergilir.

Lalu yang ketiga, adalah turnamen bola basket pelajar putri dengan nama Bombana Cup. Ini terlaksana di era Pj Bupati Bombana Ir H Burhanuddin M.Si. Pelaksanaannya digelar di SMAN 03 pada 2023.

Turnamen keempat, ya yang ini. Yang digelar sekarang ini, dan baru sekarang memakai nama Bupati Cup dengan tema yang spesifik.

Perlu dicatat, dari empat event basket, dua terjadi di jaman kepemimpinan Ir H Burhanuddin M.Si, sebagai Pj Bupati dan sebagai bupati defenitif. Dua-duanya pun dibuka langsung olehnya.

Dari empat turnamen basket itu pula, tiga yang pertama terlaksana di bawah kepemimpinan Ketua Perbasi Bombana, Heryanto. Sayangnya, beberapa bulan lalu, sebelum kejuaraan ini, Heryanto meletakkan jabatan alias mundur.

Di masa transisi kepengurusan ini, penting untuk segera Musda Perbasi Bombana untuk memilih ketua yang defenitif lengkap dengan kepengurusannya. Pilih yang segar, punya ledearship, menjiwai dan gila basket.

Kepengurusan Perbasi Bombana yang segar, solid, lincah, menjadi titik anjak untuk menatap masa depan olahraga bola basket di Wonua Bombana.

Pengurus dengan karakter seperti itu akan mudah bergerak kesana kemari mengampanyekan dan menggelar banyak event. Apalagi Bupati Bombana seperti siap pasang badan untuk kemajuan olahraga bola basket di wilayahnya.

Mengapa harus bola basket? Kan banyak cabang olah raga yang juga butuh perhatian. Misalnya sepak bola, futsal, bulu tangkis atau voli.

Untuk ini, logikanya sederhana saja. Cabor-cabor itu sudah populer. Saatnya cabor basket harus dipopulerkan juga, agar merata, tidak jomplang antara satu cabor dengan cabor lain.

Tidak gampang memang memajukan olah raga bola basket di Bombana. Olah raga ini lebih populer di kalangan pelajar. Bagi pelajar, main basket adalah style, mode.

Sayangnya eksistensi bola basket seperti terkungkung di balik pagar sekolah. Bermain bersama teman, dan ditonton selingkungan sekolah. Itu pun kalau ada pertandingan antar kelas.

Namun sesungguhnya, melalui bola basket, mereka pun ingin mengekspresikan eksistensinya pada skala yang lebih luas, pada turnamen-turnamen besar. Untuk ditonton masyarakat luas.

Tapi sayang sekali kejuaraan bola basket nyaris tidak ada. Klub-klub basket pun seperti kata pelesetan ini: “hidup enggan mati tak mau”.

Cikal bakal atlet bola basket ada di lingkungangan sekolah. Ketika sekolah tempat embrio, maka di situlah pintu masuk pembinaannya. Libatkan kepala sekolah, komite sekolah, guru olah raga, dan dinas pendidikan. Lebih jauh jadikan basket sebagai olah raga wajib di sekolah. Diberi nilai di rapornya.

Sedangkan untuk mempopulerkannya, perbanyak turnamen. Buat semeriah mungkin agar event-event basket punya daya tarik. Kalau perlu penonton pun diberi hadiah, doorprize atau semacamnya. Tinggal atur teknisnya.

Untuk semua itu, memang bupati melalui perangkatnya perlu memberi perhatian lebih. Pasang badan jika ada hambatan. Di sinilah ukurannya siapa yang peduli.

Penulis : Syahrir Lantoni
(BUR Center)

Continue Reading

opini

97 Tahun, Refleksi dan Makna Sumpah Pemuda Generasi Kekinian

Published

on

By

Rasmin Jaya

MOMEN sumpah pemuda bagi generasi kekinian adalah sesuatu yanga sangat berharga, istimewa dan sangat berkesan di mana dalam perjalanan pemuda pemudi bangsa ini telah banyak mencetak sejarah, dedikasi, kontribusi dan semangat kebangsaan yang menjadi tonggak perubahan bagi tatanan perubahan bangsa dan negara ini.

‎Hal tersebut, bukan tanpa sebab terjadi tetapi ada adalah banyak latar belakang yang menyebabkan pemuda berkumpul dan bersatu mendeklarasikan konsensus berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu dengan melepaskan embel-embel dan ego primordial di Tahun 28 Oktober 1928.

‎Dengan perjalanan sumpah pemuda yang ke 97 Tahun ini tentu bukan hanya sebagai sejarah, tetapi harus menjadi tonggak dan babak baru untuk generasi kekinian untuk lebih menyadari betapa pentingnya peran, fungsi dan esensi bagi pemuda yang ingin menegaskan lagi tentang pelopor perubahan. Meski demikian tak sedikit juga masalah kompleks yang di hadapi pemuda saat ini.

‎Tetapi di pundak pemuda bangsa dan daerah ini dititipkan, sebab merekalah estafet kepemimpinan yang akan memperbaiki tatanan sosial, ekonomi, politik dan budaya ke depan sebab sejarah telah mencatat itu

Namun kita tak bisa terus larut dalam romantisme sejarah dan hanya menikmati perjuangan pemuda terdahulu, setiap zaman selalu punya tantangan sehingga pemuda mesti menyesuaikan dengan tren dan berselancar dalam perkembangan global yang serba cepat.

‎Kesehatan mental pemuda menghadapi tekanan sosial, perubahan gaya hidup, dan kecenderungan pada pola interaksi digital yang intens, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres tentang masa depan apa lagi.

Sistem pendidikan formal seringkali tidak relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga pemuda kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka.

‎Serta ekonomi pemuda menghadapi tantangan tersendiri seperti pengangguran, kesulitan mendapatkan pekerjaan yang stabil, dan harga properti yang terus naik.

‎Kreativitas dan Inovasi Pemuda

‎Pemuda harus beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat, seperti literasi digital, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi, agar tetap kompetitif di pasar kerja. Dengan demikian, kita bisa terus mendorong dan menciptakan bibit-bibit generasi pemimpin.

‎Tak hanya itu, untuk mengatasi tantangan ini, pemuda perlu mempersiapkan diri dengan bekal pendidikan, keterampilan, dan mental yang tangguh, serta berperan aktif dalam berbagai sektor kehidupan. Sehingga ketika diperhadapkan dengan problem dan masalah, pemuda bisa menjadi instrumen dan problem solving dalam proses penyelesaian masalah.

‎Pelopor Pemuda

‎Atas berbagai persoalan, kita tetap optimis dengan menyerukan generasi muda untuk menggelorakan semangat perjuangan dan kesadaran menghadapi tantangan bangsa.

Peringatan Hari Lahir Sumpah Pemuda harus menjadi momentum untuk membangun semangat nasionalisme dan menyuarakan solusi atas permasalahan masyarakat kepada pemerintah.

‎Ia menyoroti kompleksitas masalah di Sulawesi Tenggara, seperti penggusuran lahan, dampak negatif pertambangan, infrastruktur dasar yang terbengkalai, serta jaminan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

‎Ini tidak bisa dianggap remeh. Semangat pemuda sebagai pelopor harus terus dikobarkan, khususnya persatuan dan keadilan sosial.

Apa lagi banyak generasi muda mengalami krisis mentalitas dan moralitas. Momentum inilah harus jadi titik balik untuk memperbaiki tatanan lama menuju tatanan baru.

‎Ia menegaskan pentingnya generasi muda sebagai pilar pembangunan nasional, yang harus peka terhadap permasalahan masyarakat dan tidak terjebak pada kepentingan sesaat. Generasi muda harus menjadi penggerak dan pengawal pembangunan, sekaligus menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan dan tren zaman.

‎Ia juga mengajak pemuda membangun sikap persatuan dan toleransi melalui organisasi dan jejaring sosial, serta mendedikasikan diri untuk menyelesaikan persoalan masyarakat. Generasi muda adalah ujung tombak menjaga kepribadian bangsa.

‎Terakhir dengan menekankan pentingnya belajar dari sejarah. “Masa lalu dan kini adalah modal membentuk masa depan. Kita harus menjadi pembuat sejarah, bukan sekadar penikmatnya.

Penulis : Rasmin Jaya
Ketua DPC GMNI Kendari 2023 – 2025

Continue Reading

opini

Lemahnya Pengawasan Elit Politik dan Tikungan Tajam Pemerintah

Published

on

By

Rasmin Jaya

PARTAI POLITIK merupakan salah satu unit terpenting dalam proses demokrasi, dimana partai politik menghubungkan serta melibatkan langsung rakyat dalam proses aktifitas politiknya.

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir dan berkembang menjadi penghubung penting antara rakyat dan pemerintahan.

Peran Partai Politik

Peran partai politik sangat vital dan strategis dalam negara demokrasi serta menjadi salah satu pilar. Tentu fungsi dan peran partai politik oleh elit tak bisa diabaikan, apa lagi di kesampingkan.

Partai politik sebagai sarana komunikasi politik, fungsi ini terkait dengan peranan partai politik sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah.

Dalam hal ini partai politik mampu untuk melakukan komunikasi vertikal dan horizontal.

Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara warga, antara kelompok dan antar partai politik dengan pemerintah.

Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik, partai politik juga memainkan peranan sebagai instrumen sosialisasi politik.

Dengan sosialisasi politik seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena-fenomena politik yang umumnya berlaku pada masyarakat dimana ia berada.

Mandulnya Elit Politik Kita

Mandulnya elit politik kita menjadikan partai politik tidak berjalan sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Fungsi partai politik yang seyogyanya sebagai instrumen aspirasi rakyat, tetapi sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di tengah persoalan dan ketimpangan sosial masyarakat.

Faktanya mereka hanya sibuk dengan dinamika perebutan kursi kekuasaan dan mencari jabatan di banding memperjuangkan kepentingan rakyat.

Banyak ketimpangan sosial, dinamika pertambangan, penyerobotan lahan dan masih banyak lagi, namun tak kunjung ada reaksi dari elit politik yang diberikan amanah untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Disinilah sekian dari banyaknya munculnya krisis legitimasi dan hilangnya kepercayaan kepada wakil rakyat kita.

Program-program yang ditawarkan kepada masyarakat pada saat menjelang sosialisasi dan kampanye, hanyalah sebagai pemanis untuk menarik simpati dan meraup suara pada saat pemilihan sehingga tidak ada pembangunan berkelanjutan, untuk kepentingan masyarakat setelah terpilih, yang ada hanyalah kepentingan golongan dan partai politik itu sendiri. Masyarakat hanya menjadi korban dari kepentingan yang sibuk dengan jabatan, harta dan tahta.

Hal ini nampak terjadi dan di pertontonkan elit-elit politik lokal kita, di mana terlihat sibuk mencitrakan diri mereka di media tanpa berkontribusi banyak untuk kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian para elit politik ini tidak hanya kurang berperan dalam pembangunan masyarakat, melainkan juga gagal menjadikan tanggung jawab dan amanah yang telah diberikan oleh rakyat, sebagai instrumen utama pembangunan daerah, khususnya mereka yang duduk di kursi empuk legislatif.

Faktanya bahwa stabilitas politik di Sulawesi Tenggara banyak di pengaruhi oleh kepentingan segelintir orang, apalagi mereka yang dekat dengan kekuasaan.

Harusnya peran elit di daerah menjadikan partai politik sebagai wahana dan instrumen pendidikan politik masyarakat dan alat memperjuangkan aspirasi rakyat yang kurang bersuara untuk pembangunan daerah, dan sebagai upaya mendorong sektor perputaran ekonomi agar keberadaan mereka itu dekat dan ada untuk masyarakat.

Namun kurangnya kesadaran, partisipasi dan pemahaman masyarakat tentang politik, sehingga mereka dengan mudah dijanji dan diiming-iming sebuah perubahan yang lebih baik, bagaikan mimpi di siang bolong, faktanya elit politik menjadikan partai politik sebagai tangga mencapai tujuan-tujuan yang pragmatis.

Tampaknya kerja elit politik di daerah adalah membesarkan partai dan bukan memperjuangkan pembangunan dan ekonomi daerah.

Olehnya itu, dengan kondisi tersebut perlu adanya pembaharuan elit politik dalam politik lokal, sebab pejabat publik dan elit politik itu sendiri telah mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat.

Jika persoalan ini terus berlarut-larut, maka proses demokratisasi akan terhambat, perlu disadari juga bahwa salah satu elemen demokrasi adalah partai politik, elit politik dan masyarakat itu sendiri.

Bukan menjadi rahasia umum lagi dalam sistem pemerintahan, biasanya kepentingan organisasi politik disingkirkan berganti menjadi kepentingan orang perorang, sehingga pejabat-pejabat daerah, baik atasan maupun bawahan terkadang saling siku, hanya untuk mendapatkan kue kekuasaan.

Inilah yang dilakukan elit politik daerah, kita di atas jeritan dan persoalan rakyat yang mencekam. Yang tidak berkemampuan untuk mendapatkan keuntungan dalam struktur pemerintahan,

Mengapa? karena setiap orang berusaha dan berebut posisi untuk mendapatkan peluang dan terkadang harus menggadaikan pikiran dengan ongkos untuk duduk di kursi empuk pemerintahan. Sungguh sangat bengis dan miris melacuri diri mereka dengan harta dan tahta.

Persaingan pula menjadi sangat ketat, yang memiliki modal dan pengaruh besar dekat dengan pejabat akan mendapatkan posisi strategis. Tetapi jika yang modalnya kecil dan tidak kuat dalam sistem loby akan mendapatkan posisi non strategis, bahkan akan disingkirkan dalam kompetisi memperebutkan jabatan. Hukum tawar menawar jabatan seperti ini sangat lekat dalam sistem pemerintahan kita.

Ketimpangan Sosial Yang Terjadi

Jika hal ini terus dibiarkan dan turun temurun, maka akan terjadi demoralisasi dalam sistem demokrasi lokal kita, bahkan akan terjadi krisis politik. Karenanya, antara elit politik yang duduk di legislatif dan eksekutif akan melakukan kompromi untuk terhindar dari jeratan masalah bahkan juga akan saling menuding dan saling melempar bola atas masalah rakyat yang sedang dihadapi, misalnya menyoal pertumbuhan ekonomi, KKN, infrastruktur dan pembangunan daerah itu sendiri.

Proses perjalanan politik dan demokrasi sebagaimana yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa sedang terjadi krisis dan kelambatan pertumbuhan politik, sehingga hal tersebut rentan terjadi monopoli politik dan daerah otonomi baru yang seharusnya sebagai percepatan pertumbuhan di segala sektor, kini harus pupus harapan dan cita-cita masyarakat.

Monopoli politik akan terus turun-temurun jika sistem yang berlaku masih tetap sama, sehingga potensi-potensi yang di miliki oleh masyarakat tidak di perhatikan dan diabaikan.

Berangkat dari sinilah penderitaan dan kekecewaan politik akan mulai tumbuh, hal ini akan berdampak pada pembangkangan rakyat.

Kekecewaan ini akan terus tumbuh dan berkembang hingga pada potensi ledakan kemarahan, akibat buruknya tujuan demokrasi dari pada masa depan rakyat itu sendiri, protes sosial yang posisinya berhadap-hadapan dengan para pemangku kebijakan dan elit politik akan menambah krisis politik dan demokrasi.

Bahkan berdampak dengan kondisi ekonomi akibat kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat.

Sudah seharusnya ke depan masyarakat mengambil sikap dan jalan alternatif dalam memilih pemimpin yang bijaksana dan amanah dalam rangka mewujudkan nawacita, dan harapan masyarakat yang mengendap sehingga diperlukan program pencapaian yang lebih besar. Sehingga masyarakat dapat tercerahkan, tersadar untuk menemukan kembali tawa yang telah lama hilang.

Rakyat yang tidak tahu-menahu akan selalu menjadi korban dan sasaran tembak para penguasa di daerah kita dalam memutuskan sebuah kebijakan. Sikap pragmatisme yang menggerogoti politisi seakan sudah membudaya dalam lingkaran kekuasaan itu sendiri.

Kita butuh alternatif baru, partai politik yang berani dan wakil rakyat yang betul-betul memahami kondisi masyarakat.

Elit Politik Sulawesi Tenggara

Ia berharap, elit politik Sulawesi Tenggara bisa bertanggung jawab dan bisa menjadi perpanjangan tangan dari aspirasi masyarakat.

Menurutnya, ini adalah babak baru untuk menjalankan kepercayaan rakyat dan rasa tanggung jawab dalam mengawal setiap aspirasi masyarakat.

Kami pemuda menginginkan wakil rakyat bisa betul-betul menjalankan fungsinya dengan baik sesuai dengan regulasi yang berlaku, fungsi pengawasan, fungsi penganggaran dan fungsi legislasi.

Ia menilai kebijakan dan program pemerintah selama ini banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak menyentuh kepentingan rakyat.

Sehingga sangat dibutuhkan wakil rakyat yang tegas, dan melakukan pengawasan kepada eksekutif agar betul-betul produk kebijakan yang dihasilkan bisa mengakomodir seluruh elemen masyarakat di masing-masing dapilnya.

Kita juga menginginkan elit politik Sulawesi Tenggara bisa mewujudkan apa yang menjadi janjinya pada saat melakukan kampanye.

Sebab moment pelantikan adalah sebelumnya momen yang sangat sakral. Sehingga setiap janji dan sumpah yang diucapkan harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan ke depan.

Tidak hanya sekedar dilantik, dikukuhkan dan menerima gaji lalu selesai. Artinya pelantikan bukan seremonial saja, akan tetapi banyak memikul tanggung jawab dan harapan dari masyarakat yang berada di pundaknya.

Kita menitipkan pesan, agar wakil rakyat bisa memperjuangkan potensi berbagai sektor, apalagi Sulawesi Tenggara adalah daerah yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah, dan bisa mendorong pembangunan, perekonomian masyarakat, bisa lebih berkembang, maju dan berdaya siang.

Saya kira itu, menjadi PR untuk mereka para wakil rakyat. Kita percaya, mereka adalah wakil-wakil rakyat yang berkualitas, berkompeten, mampu membaca kebutuhan masyarakat serta mampu menjadi garda terdepan untuk rakyat jika kebijakan pemerintah tidak tepat sasaran.

Ia meyakini bahwa lembaga legislatif adalah lembaga yang terhormat. Sehingga harus di manfaatkan secara maksimal sebagai mitra pemerintah guna melakukan check and balance serta mahasiswa juga berperan penting sebagai mitra kritis dan strategis dalam merekomendasikan setiap gagasan dan program yang berdampak pada rakyat.

Saya meyakini politik adalah panggilan nurani dan sebagai jalan pengabdian kepada masyarakat, sehingga ini harus betul-betul menjadi prioritas dan hal yang utama bagi anggota legislatif yang telah di amankan oleh rakyat.

Kami juga masyarakat akan tetap menjalankan pengawasan kepada kinerja elit politik Sulawesi Tenggara yang baru terlantik, agar tidak seperti beberapa fenomena elit politik yang dicopot, akibat salah menyalahgunakan wewenang dan fungsinya sebagai representasi rakyat.

 

Penulis : Rasmin Jaya

Ketua DPC GMNI Kendari, Pemuda Sulawesi Tenggara

Continue Reading

opini

Menunggu Antrean,  Refleksi Atas Kabar Duka Yang Datang

Published

on

By

Kadek Yogiarta

DALAM dua hari terakhir, dua kabar duka datang berturut-turut melalui grup Banjar Kota Kendari dan WhatsApp alumni. Seorang kawan, anggota Polri berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP), yang cukup saya kenal diinformasikan telah meninggal dunia. Seorang kawan satunya lagi seangkatan di bangku kuliah, juga di informasikan meninggal tanpa kabar sakit sebelumnya.

Saya kaget, mengapa begitu cepat, padahal usia mereka masih muda? Tentang kawan lama semasa kuliah, dua minggu sebelumnya saya sempat berniat meminta nomor kontaknya dari teman lain.

Ada keinginan untuk berkomunikasi, bertukar kabar dan mau sekedar bertanya tentang spiritual yang dulu ia tekuni dengan penuh kesungguhan.

Saya bahkan sempat mendengar kabar bahwa kehidupannya semakin membaik. Sayang, niat itu belum sempat saya wujudkan dan kini dia sudah tiada.

Kedua kabar duka ini sungguh mengejutkan. Kawan yang polisi memang sebelumnya disebut sakit mendadak, tetapi tidak ada yang menduga bahwa ajalnya begitu cepat tiba.

Sementara kawan lama saya berpulang tanpa kabar apa pun, bahkan saya cek di media sosialnya juga tidak ada informasi apa-apa.

Hanya sebuah informasi di grup Whatsap Alumni dengan informasi singkat disertai foto dan ucapan, semoga Amor ing acintya. Sebagai kawan jauh yang mengenalnya di masa lalu, dan juga kawan Polisi ini saya hanya bisa mendoakan agar dapat bersatu Hyang Widhi Wasa sebagaimana keyakinan Hindu, dan keluarga yang ditinggalkan diberi keikhlasan serta ketabahan.

Namun di balik dua peristiwa itu, muncul renungan yang tidak sederhana. Seiring bertambah usia, satu per satu kawan mulai dipanggil menghadap Sang Pencipta. Hidup terasa seperti antrean panjang kita semua menunggu giliran. Entah kapan nama kita disebut, tetapi kepastian akan datangnya panggilan itu tak bisa dielakkan.

Renungan Usia

Kabar duka itu membuat saya kembali sadar bahwa usia tidak lagi muda. Perasaan ini begitu nyata, seperti tamparan lembut yang menyadarkan betapa cepat waktu berjalan. Banyak hal yang semestinya bisa dilakukan belum juga terlaksana. Dalam hati kecil saya bergumam, ternyata saya semakin tua.dan baru benar-benar menyadarinya.

Kesadaran ini bukan semata perkara bertambahnya angka umur. Lebih dari itu, ia menimbulkan pertanyaan mendasar apa yang sudah dilakukan? Apakah sudah cukup memberi makna? Apakah sudah cukup menggunakan waktu untuk hal-hal penting? Atau justru banyak yang tertunda karena kita terlalu sering menunggu “nanti saja”?

Hidup yang Menunda

Pengalaman ini menyingkap kelemahan yang umum terjadi dengan kebiasaan menunda. Betapa sering kita berkata, “Ah Nanti saja” Atau nanti saya hubungi,” “Besok saya sampaikan,” atau “Suatu saat kita bertemu lagi.” Padahal, tidak ada jaminan bahwa “nanti” benar-benar ada lagi.

Kepergian dua kawan ini menjadi bukti betapa tipis jarak antara rencana dan kenyataan. Kesempatan untuk menyapa, berkomunikasi, atau sekadar mengucapkan terima kasih adalah hal sederhana yang sesungguhnya bermakna. Namun karena merasa masih ada waktu, kita kerap menunda. Hingga akhirnya, ketika kesempatan itu hilang selamanya, yang tersisa hanyalah penyesalan.

Antrean yang Pasti

Metafora “menunggu antrean” mungkin terdengar suram, tetapi sesungguhnya mengandung kebenaran tak terbantahkan. Kehidupan adalah antrean panjang menuju pintu akhir. Tidak ada yang bisa mendahului atau menunda sesuai kehendaknya. Setiap orang akan dipanggil sesuai waktunya.

Kesadaran ini justru bisa menuntun kita untuk lebih bijak memaknai hidup. Jika kematian adalah kepastian, maka yang paling penting bukanlah mencari cara untuk menghindarinya, melainkan bagaimana mengisi sisa waktu menunggu dengan sesuatu yang berarti. Bukan dengan penyesalan, melainkan dengan kebaikan nyata.

Mengisi Waktu yang Ada

Momen duka ini memberi pelajaran berharga beranilah menghubungi kawan lama, menyapa mereka yang sudah lama tak ditemui, serta menuntaskan hal-hal yang selama ini hanya menjadi niat. Kita tidak tahu apakah kesempatan berikutnya akan datang.

Lebih dari itu, hidup perlu diisi dengan nilai spiritual, kemanusiaan, dan kebersamaan. Bagi sebagian orang, ini berarti lebih rajin beribadah. Bagi yang lain, lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga, atau bekerja dengan penuh integritas. Intinya, setiap orang punya kesempatan untuk mengisi antrean hidupnya dengan sesuatu yang memberi makna, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.

Doa dan Kesadaran

Untuk kedua kawan yang telah mendahului, doa terbaik saya panjatkan. Semoga Amor ing acintya, bersatu dengan Hyang Widhi Wasa. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan kekuatan, keiklasan dan ketabahan.

Bagi saya pribadi dan untuk.kita semua, bahwa kabar duka ini adalah alarm pengingat. Kita semua sedang berada dalam antrean yang sama. Tidak ada yang tahu kapan giliran itu tiba. Tetapi selama masih ada waktu, kita bisa memilih bagaimana mengisinya dengan menunda atau menuntaskan, dengan sesal atau dengan tindakan sederhana yang bermakna. Hidup ini singkat, tetapi cukup panjang untuk memberi arti. Maka dari itu, jangan tunda lagi hal-hal yang seharusnya kita lakukan hari ini.(*)

Penulis : Kadek Yogiarta

Pemerhati Sosial Publik

Tinggal di Kota Kendari.

Continue Reading

Trending